Kamis, 30 April 2015

Phuket Trip 2nd day

Phi phi Island

Tidak ada bangun siang dikala liburan, hari ini kami sudah harus bangun jam 6 pagi karena harus siap pada pukul 07.00 untuk berangkat menuju Phiphi Island. Belum juga jam 07.00 pihak hotel sudah memberitahukan bahwa supir dari pihak travel sudah datang menjemput kami. Untunglah kami sudah selesai dan siap berangkat meskipun satu hal yang paling penting terlupakan yaitu air minum dan bekal untuk sarapan :(.

Kami membeli paket tour ke Phiphi ini saat menunggu mini bus di Bandara kemarin. Harganya 1.250 Bath perorang dari harga brosur disekitaran 1.800 Bath. Kami pikir itu sudah harga yang paling murah yang bisa kami dapat, karena saat mempersiapkan tour ini kami hanya bisa memperoleh paket paling murah di sekitaran 1.600 Bath perorang. Ternyata eh ternyata jika kami mau sedikit bersabar, kami bisa dapat harga 1.200 Bath untuk transportasi dengan Big Boat (4 lokasi) dan 1.600 Bath untuk Speed Boat (7 lokasi). Kata suami saya, “ini akibat kalau tidak percaya sama suami”. Yah suami saya sudah menyarankan saya sebelumnya, namun dengan alasan capek dan tidak ada waktu lagi makanya saya lebih memilih untuk membeli saja langsung di Bandara.
Nasi sudah menjadi bubur mari kita nikmati saja paket tour yang ada sekarang. Bagi kamu yang mengambil paket tour, semua paketan wisata di Phuket ini semuanya sudah termasuk transportasi antar jemput hotel. Pastikan kamu benar-benar stand by sesuai dengan  jadwal yang disepakati dan selalu berikan nomer telepon yang bisa dihubungi kepihak travelnya. Jika tidak, maka bersiap-siaplah untuk ditinggalkan oleh jemputan seperti yang dialami oleh sepasang tamu yang tidak diketahui dimana keberadaanya. Dia rugi kami pun rugi karena harus terburu-buru menuju pelabuhan setelah delay hampir 30 menit menunggu pasangan tadi.


Sesampainya di pelabuhan kami segera dikumpulkan dan diarah ke seorang tour guide yang entah titlenya ini Mr atau Ms terserah dia sajalah nampaknya. Tour guide ini akan menjelaskan bahwa ada wahana lain yang bisa kami ikuti yaitu scuba diving, tanpa memerlukan license karena akan ditemani oleh diver professional saya lupa harga pastinya. Selain itu tour guide ini akan menceritakan bahwa segala hal di Phiphi nanti akan sangatlah mahal hingga 2 kali lipat harga yang ditawarkan oleh toko yang cuma satu-satunya di dermaga itu. Harga air mineral di minimart yang hanya 7 Bath saja, ditoko dermaga itu sudah menjadi 30 Bath. Harga ini bisa menjadi sekitar 50 Bath jika sudah sampai di Phiphi. Jika kamu naik Big Boat janganlah terpengaruh oleh hasutan seperti ini karena kamu bisa free flow air mineral dingin diatas kapal, belum lagi free snack yang diberikan dan harga diatas Big Boat. Diatas Big Boat pun juga dijual minuman dan snack lainnya, meskipun lebih mahal dibandingkan dengan harga di mini mart tapi ini lebih manusiawi dibandingkan harga yang diberikan toko tadi. Tapi bagi kamu yang naik speed boat, nampaknya kamu memang perlu mempersiapkan air minum dan snack sendiri mengingat tidak ada dapur diatas speed boat tentunya untuk mempersiapkan itu semua.
Setelah 45 menit perjalan darat maka kami pun mulai memasuki kawasan Phiphi Island. Phiphi Island ini terdiri dari 4 pulau yaitu Phi phi don, Phi phi Lay, Pida Nok dan Pida Nai. Namun untuk saat ini kami hanya akan berkunjung ke Phi phi don dan Phi-phi Lay yang merupakan dua kepulauan terbesar di Phi phi Island ini.

Viking Cave
Perjalanan pertama yaitu ke Phi phi Lay, di sini kami diajak berkeliling untuk melihat Viking Cave. Viking Cave ini adalah gua dipinggir tebing yang dipercayai sebagai tempat tinggal suku Viking pertama yang terdampar di Thailand. Sekarang, gua ini hanya sebagai tujuan wisata dan hanya dapat dilihat dari luar tanpa bisa masuk lebih dalam lagi ke dalam mulut gua.
Pileh dan Koh Samah
Selanjutnya kami menuju Pileh dan Koh Samah, jika kamu menggunakan speed boat kamu bisa masuk berkeliling untuk melihat pemandangan teluk yang dikelilingi tebing-tebing tinggi. Sayangnya kali ini saya menggunakan big boat yang ukurannya tidak memungkinkan untuk masuk kedalam teluk
Tempat berikutnya adalah May Bay, karena ukuran teluk yang satu ini lebih besar dan lebih terbuka maka big boat saya dapat berhenti dan memberikan kami waktu untuk bersnorkling. Tidak perlu khawatir membawa perlengkapan snorkeling kamu karena harga paket sudah termasuk google dan snorkelnya.

Karang di daerah May Bay ini tidak terlalu menarik karena bentuknya yang menyerupai batuan saja, tidak berwarna-warni dan berbeda-beda bentuk. Untung saja kami membeli roti tawar untuk memancing ikan-ikan mendekati kami. Ikannya banyak namun hanya beberapa jenis saja. Bahkan bentuk ikannya sama, hanya terdiri dari 3 warna yang berbeda yaitu biru, hitam dan kuning. Jika dibandingkan dengan pengalaman saya snorkeling di beberapa pulau di Indonesia ini sangat jauh dibawah ekspektasi saya. Atau jika dilihat dari sudut pandang positifnya, lain kali jika ingin wisata air saya tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, cukup di dalam negeri saja *wink.


Tidak berapa lama akhirnya kami harus kembali ke Phi phi Don untuk menikmati makan siang di pantai di Phi phi Don. Makanannya biasa saja tidak enak tidak pula buruk, intinya masih bisa dimakan dan porsinya bisa tambah sepuasnya hehehe. Setelah makan siang kami masih punya banyak waktu sekitar satu jam untuk bermain di pantai. Mengambil foto dan sekedar berendam. Berperilaku seperti layaknya tourist Eropa yang mencari cahaya matahari di siang bolong.

Sayangnya waktu menyenangkan ini harus segera berakhir, resiko mengikuti travel agent adalah kita harus ketat dengan run down acara dan waktu yang telah ditentukan. Bagi kamu yang ingin travel sendiri paling tidak kamu berpergian minimal 4 orang. Kalian bisa menyewa transportasi local untuk ke dermaga, naik kapal penyeberangan sendiri, barulah sesampainya dilokasi kalian menyewa kapal kayu sehingga waktu yang kalian butuhkan dan agenda acaranya bisa lebih disesuaikan.

Hotters
Setelah bergelut dengan air garam seharian tanpa mandi akhirnya kami pulang beres-beres dan segera kembali beraksi ditengah kawasan Patong Beach. Malam ini sih niatnya mau mencoba hangout disalah satu bar di Bangla. Namun perut yang begitu lapar sudah meronta-ronta untuk segera diisi. Suami saya seketika memberikan saran bagaimana kalau kita berdua mencoba salah satu chicken wings yang enak. Dulu dia sering makan saat sedang kuliah di UK. Teriming-iming dengan UK akhirnya saya pun rela jalan 1km sesuai dengan petunjuk waze (nama aplikasi serupa map). Ternyata 1 km itu cepat jika berlari namun makan waktu juga kalau dengan jalan kaki.
Setelah sampai di Hotters, ok sekarang saya mengerti mengapa makan chicken wings ini enak. Baru masuk saja kami berdua langsung diterima oleh pelayan dengan pakaian minim sporty dengan bagian atas mereka yang sama sekali tidak minimalis. Perut yang sudah lapar dan jarak yang lumayan jika ingin kembali akhirnya kami memesan 20 chicken wings dan 4 platter burger serta 2 cocktails. Sehingga makan malam mewah ini dan suami saya pun senang makan chicken wings dikelilingi wanita diharga dengan Rp. 800rb ++. Untung saja suasanya asik dengan alunan music dan beberapa entertainment dari waiters yang ikut meramaikan suasana. Dihari kedua ini nampaknya lebih bijak untuk kembali ke hotel saja daripada hangout till morning karena besok pagi kami sudah punya agenda lainnya *wink.
to be continue
Phuket Trip 3rd Day

Rabu, 29 April 2015

Phuket Trip 1st Day

Rush! Itu yang terjadi saat ini. Pesawat saya akan terbang menuju Phuket, Thailand pada pukul 16.00 WIB sedangkan saya baru selesai meeting pada pukul 13.00 WIB. Suami pun masih sibuk dengan press conferencenya di tempat yang berbeda. Segera berlari mengejar taxi menuju rumah untuk mengganti tas laptop dengan carrier serta heels dengan sandal gunung favorite.

Semoga saya dapat dengan mudah keluar dari kemacetan ibu kota menuju Terminal 3 Soekarno Hatta. Selang sejam kemudian akhirnya saya tiba duluan di Bandara Soekarno Hatta, sedangkan suami saya baru saja beranjak dari tempat kerjanya menuju bandara. Karena kami sudah online check in dan hanya membawa carrier sehingga tidak ada hal yang perlu kami khawatirkan lagi. Senangnya melewati imigrasi diterminal 3 untuk budget airplane ini adalah antrian yang biasa-biasa saja. Kurang dari 45 menit waktu keberangkatan, kami berdua pun sudah duduk manis menunggu panggilan boarding.

Ting..Tong..Ting..yah mungkin seperti itulah panggilan kami untuk boarding. Perjalanan yang akan saya tempuh sekitar 3 jam menggunakan maskapai Air Asia. Untuk budget trip kami, Air Asia masih selalu memberikan better price untuk tema liburan murah.

Setibanya dibandara International Phuket kami segera keluar dan menuju deretan travel agent dan transportasi. Berdasarkan info dari internet, ada tiga cara menuju Patong Beach dari Bandara Phuket yaitu:
(1) Taxi, menggunakan taxi ini tentu saja lebih cepat karena tidak perlu menunggu dan langsung diantarkan ke hotel yang dituju, namun sayangnya tarif taxi ini yang paling mahal dibandingkan dengan traansportasi lainnya sekitar 500-600 Bath. 
(2) Mini bus, mini bus ini sama seperti travel cipaganti, xtrans dkk kalau kamu sering menggunakan travel Jakarta-Bandung. Harganya relative terjangkau yaitu 180 Bath/orang, namun tentu saja travel ini akan mengantarkan penumpangnya satu persatu, sehingga harus lebih sabar jika Hotel kamu berada dipelosok-pelosok. 
(3) Bus, transportasi ini adalah yang paling murah sekitar 100 Bath/ orang. Namun dengan resiko ganti bus berkali-kali karena tidak ada bus yang langsung dari Bandara ke Patong. Bus akan mengantar kamu hingga Phuket, kemudian kamu perlu mengganti Bus sekali lagi menuju Patong. 
Dikarenakan kondisi kami yang tiba pada malah hari, maka kami mengambil solusi yang kedua saja untuk menggunakan mini bus.

Perjalanan dari Bandara menuju Phuket hingga ke Patong terasa sangat lama dan melewati jalan-jalan perkampungan hingga keperumahan mewah  dan kembali lagi ke daerah yang hanya dikelilingi dengan pepohonan. Kalau saja tadi kami naik taxi tentu saja sekarang ini saya sudah merasa diculik. Setelah 2 jam perjalanan ini, akhirnya kami memasuki kawasan Patong. Untungnya Tune Hotel (Red Planet Hotel) adalah hotel yang paling pertama ditemukan karena lokasinya yang berada dipinggi rjalan masuk utama ke Patong. Setelah check in kami pun bisa langsung merebahkan badan di kasur yang empuk seperti biasanya.
Biaya kali ini yang harus kami keluarkan untuk menginap 3 malam di Tune Hotel hanya sebesar Rp. 600.000 hasil pesan tiket pesawat di Traveloka yang berhadiah voucher Rp. 200.000 buat kamar hotel *wink. Namanya juga touris pendatang baru, tidak berlama-lama menikmati kasur kami pun segera keluar untuk mencari makan malam. Tidak perlu khawatir karena kawasan Patong ini adalah kawasan “night life” di Phuket sehingga bisa dipastikan selalu ada restoran dan pedagang kaki lima yang menjajakan jualan mereka. Namun karena saking banyaknya, jadi bingung juga mau makan apa. Ssetiap penjual yang menawarkan menu kepada kami rasanya sama saja. Namun trick jualan pedagang tenda yang satu ini boleh juga. Memasang logo “halal” besar-besar ditendanya membuat kita yang bingung menentukan, langsung berkata “disana sajalah” tanpa tahu enak atau tidak masakannya.

Setelah duduk dan melihat menu harganya, ternyata tidak jauh beda dengan harga yang ditawarkan di Penang Bistro dan Manggo Tree Bistro di Jakarta. Benar-benar tidak perlu mengharapkan harga murah. Meskipun Bangkok terkenal dengan kemurahanya namun memasuki Phuket yang merupakan kota wisata tetap saja harganya yang jauh lebih mahal. Akhirnya kami pun harus membayar sebesar 500 Bath atau setara Rp. 200.000 untuk 1 tom yum, 1 pad thai, 1 teh tarik dan 1 air mineral.

Kenyang dan sudah memiliki energy? mari berjalan-jalan menulusuri jalan ini sampai ujung kata suami saya. Tidak banyak yang bisa kami lihat, malahan beberapa toko dan pasar sudah mulai menutup lapak mereka berganti dengan free striptis dihampir semua bar di kawasan Bangla, Patong. Semua bar disini temanya terbuka dan ada penari berpakaian minim. Entah mereka sekedar pegangan di pool dancing atau pegangan di tembok bar seperti cicak nemplok gitu hahahahahhaha. Ini baru hiburan murah, tidak perlu buka botol apalagi open table, cukup berjalan saja untuk mendapatkan pemandangan seperti ini. Tidak bisa digambarkan sumringahnya muka suami saya pada liburan kali ini *wink. 

to be continue
Phuke Trip 2nd Day - Phiphi Island

Selasa, 07 April 2015

Paralayang, Puncak Bogor

 Sebenarnya banyak yang memanfaatkan liburan kali ini untuk pergi ketempat-tempat yang lumayan jauh. Tinggal ambil cuti 1 hari di hari senin dapat deh liburan sabtu s.d selasanya. Namun karena weekend telah diisi dengan satu dan lain hal, jadinya untuk hari selasa ini kami menyempatkan untuk berlibur ke puncak saja.

Ternyata tidak perlu terlalu jauh untuk menikmati liburan yang dekat dengan alam, hanya dengan liburan ke daerah puncak bogor pun saya sudah punya 2 agenda yang harus saya lakukan yaitu berparalayang dan menunggang kuda.

Kami meninggalkan Jakarta sekitar pukul 07.00 a.m, sayangnya itu tidak cukup pagi untuk memulai perjalanan. Kami tiba di perempatan lampu merah menuju puncak sekitar pukul 08.45 a.m dikarenakan banyaknya kendaraan yang juga bergerak menuju puncak. Tepat pukul 09.00 jalur bawah ditutup sehingga arus balik dari daerah puncak dapat berjalan dua arah untuk menghindari penumpukkan. Untunglah hanya menunggu sekitar satu jam saja, maka arus balik dari atas pun ditutup, dengan sendirinya arus datang dari bawah menuju kekawasan puncak pun punya akses 2 arah.

Ini sangat efektif dan menguntungkan karena kami pun segera tiba di lokasi untuk memulai Paralayang. Untuk berwisata paralayang ini bisa dengan cara booking melalui travel agent atau go show langsung beli on the spot. Jika melihat kondisi kemarin, yang melakukan booking terlebih dahulu tidak perlu ikut antri dari awal, bisa langsung memotong dan tentu saja lebih cepat untuk terbang.

Ada tiga kegiatan paralayang yang biasa dilakukan disini:
1.       - Tourist, ini bagi orang-orang seperti saya yang sama sekali tidak tahu cara menggunakan paralayang. Kami akan terbang tandem bersamaan dengan atlet/ intruktur yang berpengalaman. Waktu terbang sekitar 5-8 menit tergantung berat badan dan kecepatan angin. Semakin berat dan semakin cepat anginnya maka akan semakin cepat pula kita mendarat. Pastikan belum sarapan berat sebelum main yah, bisa rugi sudah bayar Rp. 350.000/orang hahahaaha.

2.       - Paralayang Student, ini bagi orang-orang yang ingin belajar untuk menggunakan paralayang. Waktu belajar paling cepat membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Kalau tujuannya hanya ingin sekedar bisa terbang saja. Namun jika tujuannya adalah untuk mendapatkan license dari beginner hingga instructor maka waktu yang dibutuhkan lebih bervariasi.

3.     -   User, ini bagi orang-orang yang sudah bisa terbang sendiri menggunakan paralayang. Banyak yang membawa alat terbang sendiri namun ada juga yang menyewa langsung dilokasi. Rate untuk menyewa berkisar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000/ hari tergantung license yang dimiliki. Semakin rendah licensenya semakin mahal biaya sewa yang dibebankan.



*jika video tidak keluar silahkan ke link dibawah ini:
https://youtu.be/8xLambOLX88

Lanjut kepengalaman terbang saya kali ini, sebelum terbang tidak ada briefing singkat yang diberikan, saya langsung diserbu dengan beberapa teknisi yang memasangkan pengaman ini itu kebadang saya dan dengan secepat kilat pun saya sudah siap terbang bersama dengan tandem saya.
“Ayo mbak lari yang kencang yah” terdengar suara dari tandem saya. Namun berlari menuju jurang itu bikin lemes dan akhirnya saya pasrah sajalah, biarkan tandem saya yang berlari kencang saja, saya sudah angkat kaki saja. Oleh karena itulah start terbang saya lebih rendah dari suami saya yang giat sekali berlari *wink.
Masih dengan perasaan takut dan tangan kanan gemetar sambil memegang go pro untuk merekam, pemandangan hijau dan udara sejuk segera menyambut saya. Rasanya tenang sekali terbang perlahan, terkadang sedikit menukik ke kiri dan ke kanan untuk berkeliling-keliling sebentar diatas perkebunan. Terkadang panik kembali menghampiri karena memindahkan go pro dari tangan kanan ke tengan kiri itu butuh pegangan yang kuat. Bagaimana rasanya tidak bisa dijelaskan dengan detail, untuk tahu bagaimana serunya bisa langsung datang saja kesana.

Selanjutnya kami segera bergerak menuju daerah puncak pas. Kali ini kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di RM. Rindu Alam. Pilihlah meja makan yang berada bagian luar restoran. Posisi ini menawarkan udara yang lebih sejuk dan pemandangan perkebunan teh untuk menemani makan siang kami. Setelah memesan beberapa jenis lauk pauk untuk porsi berlima, harga yang harus dikeluarkan kurang lebih Rp. 280.000,00 cukup fantastis murah jika melihat menu yang kami pesan.

Setelah makan siang berakhir kami pun belum bisa langsung beranjak turun menuju kebun teh Walini dikarenakan system buka tutup masih diberlakukan. Sekitar pukul 2 kemacetan didepan puncak pas mulai ada harapan, akhirnya kami pun memutuskan melanjutkan perjalanan saja. Amat sangat disayangkan, jumlah kendaraan yang cukup banyak membuat kami harus kembali merasakan buku tutup arus atas hingga pukul 4 sore. Padahal kami hanya berjarak sekitar 1km lagi dari tempat tujuan kami. Untung saja, meskipun terhadang beberapa kali, kami tetap bisa sampai di kawasan Wisata Agro Gunung Mas atau dikenal juga Kebun The Gunung Mas (Walini).


Bengong serempak karena ada yang minta cerai ditengan kebun teh *for sure
Didalam kawasan ini, kita bisa duduk santai minum teh walini sambil melihat-lihat perkebunan, kita juga bisa menyewa kuda selama 15menit, 30 menit bahkan 1 jam untuk mengelilingi kawasan kebun teh ini. Rencana sebenarnya adalah saya dan keponakan saya akan menyewa satu kuda untuk berkeliling kebun teh. Apa daya anak kecil ini sulit diyakinkan, akhirnya dia baru mau naik kuda jika ditemani oleh bundanya. Jadilah kami justru menyewa 3 kuda untuk saya, suami dan ipar saya beserta anaknya. Baru saja beberapa langkah, si bocah kecil ini sudah bernyanyai “tuk tik tak tik tuk”. Padahal si Bunda sendiri pun sebenarnya takut untuk naik kuda, derita orang tualah buat jadi contoh ke anaknya hehehe.
Setelah berjalan sekitar 7 menit, barulah kemudian bocah ini berani untuk pindah ke kuda milik saya dan melanjutkan perjalanan selama 20 menit kedepan. Sedangkan dua kuda lainnya harus pulang karena jatah mereka hanya 15 menit. Saya tidak merasa rugi untuk berkeliling kebun teh selama 30 menit. Semakin lama saya lebih sering di biarkan untuk menunggangi kuda sendiri, pak kusir hanya mengikuti kita dari belakang sambil berjalan santai.

“Gubrak”, tiba-tiba saja kuda saya jatuh. Sontak kami berdua diatas kuda kaget. Ternyata kaki kudanya terpelesat saat menginjak batu-batu kali ada ditengah jalan jalan. Si bocah langsung mengelus-elus badan kudanya sambil berkata “saying kuda, jangan kayak gitu yah kuda, saying kuda, hati-hati kuda”. Syukurlah dia tidak tiba-tiba menangis dan minta pulang. Bocah hebat! :D. Sepanjang perjalanan tentu saja saya harus selalu bernyanyi berulang-ulang dengan penuh keceriaan agar si bocah tidak merasa bosan. Untung saja sepanjang perjalanan kami diisi dengan tawa. Senangnya berlibur ke puncak yey!



Ittenary
Bensin Rp. 200.000 (Pertamax)
Makan Rp. 280.000/5 orang
Paralayang
Main Paralayang Rp.350.000,00/orang
Tiket Masuk Paralayang Rp.12.500,00/orang
Asuransi Paralayang Rp.500,00/orang
Tiket Masuk Mobil Rp.5.000,00/mobil
Wisata Agro
Sewa kuda:
15 menit Rp.45.000,00/kuda
30 menit Rp.90.000,00/kuda
60 menit Rp. 150.000,00/kuda
Biaya Masuk Taman Wisata Agro Rp.15.000,00/orang
Tiket Masuk Mobil Rp.7.500,00/mobil
Asuransi Wisata Agro Rp.500,00/orang
Minum teh Rp. 10.000/1 poci/4 orang
 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver