Minggu, 17 Juli 2011

CANOPY BRIDGE BANGKIRAI

Setelah penat bekerja yang kejar-kejaran dengan waktu akhirnya saya memutuskan untuk memanjakan sedikit otak dengan menulis pengalaman jalan-jalan yang indah. Paling tidak meskipun dibulan Ramadhan ini ngak bisa jalan-jalan, kenangan jalan-jalannya bisa sedikit menyenangkan hati. Perjalanan saya terakhir sebelum memasuki bulan Ramadhan ini adalah ke hutan Bangkirai. 

Hutan bangkirai ini merupakan salah satu hutan lindung di kawasan Kalimantan Timur karena lokasinya yang masih masuk dalam kawasan Bukit Soeharto. Namun kekayaan alam yang dimiliki hutan Bangkirai ini nampaknya tidak dapat menyelamatkannya dari proyek pertambangan. Untuk mencapai kawasan hutan ini, dibutuhkan perjalanan sekitar dua jam dari kota Balikpapan. Untuk mencapai jalan masuk ke hutan Bangkirai sih hanya membutuhkan waktu sekitar sejam namun dari jalan raya terdekat ini dibutuhkan waktu yang sama lamanya hingga bisa masuk ketengah hutan. Mungkin untuk menikmati kawasan wisata ini dibutuhkan niat yang lebih dan ketekukan serta kerja keras *mulai ngawur wink. Tapi kali ini sih saya tidak main-main tentang kondisi jalan yang harus dilewati. Jalan tambang yang berbatu dan tanah merah, serta kondisi jalan yang sempit, mendaki dan berkelok benar-benar pengalaman off-road naik bus yang menyenangkan.
Namun semua usaha yang susah payah untuk mencapati tengah hutan Bangkirai ini rasanya terbayarkan dengan pengalaman yang akan saya dapat nanti. Setelah perjalanan dua jam memasuki kawasan hutan dan pertambangan, kini saatnya turun dari bus dan segera berjalan tracking memasuki hutan menuju “Canopy Bridge Bangkirai”. Canopy bridge adalah jembatan kayu yang dihubungkan dari tali temali. Tali-tali ini diikatkan pada pepohonan tinggi ditengah hutan. Jarak jembatan tersebut sekitar 30 meter dari tanah. Jembatan ini akan menghubungkan beberapa pohon besar yang menjulang tinggi. Baru mendengar deskripsi wisata ini saja saya sudah begitu bersemangat sekaligus memaksakan diri untuk mencobanya (sok-sok ngajakin padahal takut ketinggian *wink). Sebelum jantung berdebar, dari pintu masuk hutan, saya masih memiliki waktu sekitar 20 menit untuk mengumpulkan keberanian. Tracking melewati hutan yang masih alami dan banyak bekas pohon-pohon tumbang dipinggir jalan serta ranting-ranting ala-ala tarzan yang menguak masa lalu saya sebagai Jen :p. 
 
Setibanya dikawasan wisata Canopy Bridge hal yang pertama saya lakukan adalah membeli air minum. Hal ini penting karena saya harus menaiki sekitar 14-20 tangga atau setinggi bangunan 7 lantai untuk sampai keatas pohon. Tidak usah khawatir kalau lupa membawa air minum karena ada monopoli perdagangan minuman dilokasi wisata (tentu saja perdagangan monopoli selalu masang harga seenak jidat, jadi sedia minum lebih baik daripada beli minum :p).  Setelah membeli minuman dan membayar Rp15.000/org (domestik) atau Rp20.000/org (foreigner), maka pendakian anak tangga pun dimulai. Berbagai tips bagi si paranoid ketinggian saat mencoba wisata ini adalah sebagai berikut: 
Menara untuk mencapai atas pohon
 1) saat menaiki tangga paling awal percepatlah langkah sehingga semangat yang belum surut bisa mendorong kamu hingga tangga yang lebih tinggi.
2) Jika pemandangan yang terlihat sudah dedaunan dan ranting maka jangan pernah melihat kebawah karena akan terasa mual, tetaplah menaiki anak tangga.
3) Jika mual tetap terjadi maka melihatlah kebawah sekarang maka dipikiran kamu bisa jadi adalah
  • mau turun udah kepalang basah setinggi ini masa turun
  • makin melihat kebawah makin mual aja
  • keatas sudah lebih dekat, lanjut gannnnn!!! Hahaha ini nama jurusnya adalah menjebak diri sendiri *wink.


Saat sampai ditangga yang paling tinggi maka pemandangan hutan Bangkirai yang hijau dan udara yang sejuk akan segera menyapa. Berdiri diatas memberikan berbagai rasa yang berbeda. Ada perasaan takut karena ini benar-benar tinggi. Ada tiga pemandangan bebas yang bisa saya nikmati. Pemandangan atas langit yang luas setelah melewati hutan yang lebat, pemandangan hijau terbentang sejauh-jauhnya didepan mata dan pemandangan tanah cokelat jauh dibawah kaki saja polos tanpa ada pohon maupun ranting yang menghalanginya. 

Meskipun saya heran kepada diri sendiri kenapa sering sekali membayar untuk membahayakan diri sendiri. Berjalan dijembatan kayu yang hanya dieratkan dengan besi dan tali-temali. Lebar jembatan pun hanya dapat dilewati oleh satu orang. Tentu saja, karena ini hanya kayu yang saling diikat maka mari bergoyang diatas ketinggian 30 meter tanpa alat pengaman sekali pun. Jika pertama melangkahkan kaki ada perasaan mencaci maki diri sendiri terhadap kegilaan ini, maka langkah berikutnya cuma ada rasa takjub dengan pemandangan yang ada. Selain pengalaman hati, pengalaman mata pun benar-benar sangat dimanjakan. Sempatkan beberapa waktu untuk berdiri dan menikmati pemandangan sekitar. Angin dan udara sejuk tentu saja akan menyapa dengan ramah. OMG!! Lagi –lagi alam Borneo ini membuat saya takjub. 

Cerita oleh Tenri Ake
Foto oleh Yola & Cak Roni
Edit oleh Cita Nursyadzaly

Minggu, 10 Juli 2011

Jalan-jalan ke Balikpapan

Selamat datang di kota Balikpapan yang seharusnya menjadi ibu kota provinsi Kalimantan Timur (pendapat pribadi penulis *wink). Provinsi Kalimantan timur ini dikenal sebagai provinsi yang dihuni beraneka ragam penduduk pendatang yang datang dalam rangka kerja jangka pendek (*saya), kerja jangka panjang (*karyawan tambang atau industri) maupun kerja seumur hidup. Kalau kerja seumur hidup ini bisa jadi karena sudah minum air sungai Mahakam. Konon ceritanya kalau sudah minum air sungai Mahakam maka tidak akan bisa lagi menginjakkan kaki keluar pulau Kalimantan, apa lagi kalo airnya disuguhkan oleh putra-putri daerah, maka cuma tinggal surat yang akan kembali ke kampung halaman *wink. Kalau ini bisa percaya bisa tidak tapi entah kenapa tidak percaya pun namun berdasarkan cerita blog saya dalam setahun ini saja saya sudah dua kali project di pulau Kalimantan *huft dan sekali dalam rangka liburan ditahun 2009. 


Daripada membahas mitos lebih panjang lagi ada baiknya saya menceritakan hal-hal yang lebih nyata dan lebih menarik lainnya mengenai Balikpapan. Kali ini saya dan teman-teman project mengunjungi 3 tempat wisata yang memang menjadi tujuan para wisatawan saat berada di Balikpapan. Tempat wisata pertama yang kami kunjungi adalah “Tritip” yang berlokasi 25 km dari tengah kota Balikpapan. Kalau dari namanya saya tidak kebayang tempat macam apa yang akan saya kunjungi ini. Namanya bisa saja lucu tapi apa yang saya kunjungi tidak lucu sama sekali. Tritip ini adalah tempat penangkaran buaya muara. Meskipun Kalimantan memiliki banyak sungai rawa dan muara namun kelestarian hewan ini ternyata perlu dijaga juga dalam suatu penangkaran. Disini terdapat banyak kolam yang airnya hanya sekitar 10 cm tingginya. Bisalah buat cuci-cuci kaki buaya. Setiap kolam memiliki ukuran dan umur buaya yang berbeda. 

Ada banyak kolam disini, dimana ada sekitar 20 ekor buaya perkolamnya. Untuk buaya dewasa yang panjangnya bisa mencapai 3 meter, kolam-kolam biasa sudah tidak cukup lagi untuk menampung. Buaya-buaya yang telah dewasa ditempatkan ditempat seperti rawa. Warna air permukaannya sudah hijau sehingga kadang kita hanya bisa melihat mata buayanya saja. Kalau melihat buaya yang sedang berjemur, bentuknya yang membeku seperti patung benar-benar menipu mata. Kalau buayanya dibiarkan jalan-jalan trus nongkrong diam ditengah gitu bisa-bisa udah foto bareng 1..2..3..HAP lalu ditangkap. Tapi kalau memang mau mewujudkan sensasi foto bersama buaya, dilokasi penangkaran ini itu tentu saja tidak mustahil. Cukup dengan membayar Rp.5000, kita bisa foto bersama anak buaya dengan hitungan 1..2..3..click *wink. Selain melihat kolam, berfoto bersama anak buaya, satu hal lain lagi yang patut dicoba dipenangkaran ini adalah sate buaya. Dengan harga Rp.35000 per porsi (10 tusuk), kita sudah bisa menikmati daging buaya bumbu manis pedas. Tidak hanya hal-hal yang berhubungan dengan buaya, di lokasi ini juga ada beberapa hewan yang saya juga bingung mau mengkategorikan mereka apa. Ada 2 ekor gajah dan beberapa ekor monyet beda ras. Tentu saja bukan hewan dalam penangkaran karena kondisi mereka nampak sangat tidak terurus. 




Setelah beramah tamah dengan buaya-buaya muara sebagai hewan khas Kalimantan, sekarang waktunya mengunjungi lokasi “konservasi beruang madu”. Lokasi beruang madu ini berjarak sekitar 28 km. Tidak terlalu jauh memang dari lokasi penangkaran buaya. Lokasi konservasi ini berada dalam wilayah hutan lindung sungai wain. Kalau tadi kita harus membayar Rp.10000 untuk melihat buaya. maka hanya dibutuhkan biaya Rp.0 untuk melihat beruang madu dari jarak dekat. Tetap ada kotak donasi bagi dermawan yang ingin membantu kelangsungan hidup beruang madu ini. Jika ingin melihat beruang madu, datanglah pada jam 09.00 dan 15.00 karena ini adalah saat makan beruang madu. Tidak banyak hal yang bisa dinikmati sebenarnya di lokasi konservasi ini selain melihat beruang madu lagi makan siang. Namun suasana yang sejuk dan panjangnya jalur tracking yang mengelilingi kandang hutan buatan ini bisa membantu untuk menikmati alam.


Setelah sore menghampiri, perjalanan pulang rombongan saya diarahkan menuju ke satu lagi tujuan wisatawan yaitu “Kebun Sayur”. Kebun sayur ini bukan ladang tempat petani menanam sayur dan kita bisa langsung memetik sayuran segar untuk dibeli dan dibawah pulang kerumah. Kebun sayur ini adalah nama pusat perdagangan oleh-oleh khas Balikpapan. Disini kamu bisa membeli souvenir Kaltim seperti baju, kain corak khas Kalimantan, senjata tradisional daerah Kalimantan (Mandau), pernak-pernik Kalimantan hingga batu-batuan alam yang telah dibentuk menjadi perhiasan yang bagus. Sayang disayang saat saya menawar beberapa perhiasan yang saya suka harganya benar-benar jauh dari ekspektasi saya. Memang sih harganya bisa lebih murah daripada harga diJakarta karena masih dibawah Rp.100000 tapi berbekal pengalaman saya berbelanjan di Martapura harganya lebih mahal karena diatas Rp.50000 semua. Namun dengan niat yang tulus dan keinginan yang kuat setelah berkeliling akhirnya saya mendapatkan satu kalung berbentuk kepala patung dayak dengan harga Rp.35000. Senangnya hatiku turun panas demamku, kini aku bisa pulang dengan tenang *wink. Kalau sampai ke kebun sayur jangan lupa juga mencoba makanan ringan khas Kalimantan timur yaitu “pisang gapit”. Pisang gapit adalah pisang bakar yang dipotong dadu besar kemudian dilumuri dengan saos rasa srikaya plus toping sesuai keinginan kita. 

Dan dengan berakhirnya riwayat pisang gaping dalam perut saya, maka berakhir pulalah perjalan saya diminggu pertama saya di Kalimantan Timur ini. Untuk cerita berikutnya silahkan membuka post list Kalimantan Timur yah… Selamat Liburan yah *wink



Cerita oleh Tenri Ake
Edit oleh Cita Nursyadzaly
Foto oleh Yola
 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver