Jumat, 14 Agustus 2020

Wisata Keluarga Leuwi Hejo

Bagaimana kebiasaan barunya? sudah beradaptasi banget kan yak. Setelah berbulan-bulan di rumah akhirnya gw masuk kantor, suami masih wfh sedangkan anak-anak masih sfh semua. Meskipun mereka nampaknya sudah puas dengan berjalan-jalan keliling kota hanya diatas mobil saja, namun tetap kasian juga sama mereka. Akhirnya minggu kemarin kami memberanikan diri buat mengajak abang dan kakak untuk tracking ke curug.

Tujuan kami adalah ke Lewi Hejo, lokasinya di Sentul. Dari tengah kota Jakarta ke parkir terdekat yang menuju Lewi Hejo memakan waktu +/- 1jam. Jalan yang berbatu, mendaki dan berkelok membuat perjalanan kami lebih lambat. Kami membutuhkan waktu 30 menit untuk 6km dari perumahan sentul hingga ke pintu masuk lewi hejo. Sepanjang perjalanan ada beberapa "polisi" kampung yang memungut retribusi ilegal. Kami hanya memberikan seadanya ke salah satu polisi kampung. Itupun karena jalanan didepan kami jelek dan mendaki, baek-baek yah pas ngak ngasih retribusi terus ternyata mobil kita mogok butuh bantuan dorong dan mereka ngambek ngak mau bantuin hahahhaah.

Setelah perjalanan lumayan jauh ini akhirnya sampai juga di pintu gerbang Lewi Hejo. Betapa kagetnya kami ketika melihat portalnya yang tertutup dan ada tulisan "ditutup sementara". Ternyata lagi ada kasus sengketa lahan antara pihak pegelola Lewi Hejo dan PT. Sentul. Untungnya hari itu adalah hari libur, kami melihat banyak orang yang tetap melaju dengan kendaraan pribadi mereka. Kemudian waze pun menunjukkan titik lain yang menunjukkan arah ke lLewi Hejo. Pikir kami sih, kalau tidak ke Lewi Hejo, curug manapun bolehlah. Kasian banget sama abang dan kakak yang sangat menanti hari ini tiba.


Tidak perlu berjalan jauh kedepan kami tiba di jembatan dengan aliran sungai berbatu dibawahnya. Banyak juga orang yang berhenti disitu. Ternyata kita tetap bisa menuju Lewi Hejo melewati jalan ini. Lagi-lagi retribusi ilegal, kali ini retribusi ilegalnya disebut sebagai biaya tiket masuk oleh orang lokal yang sedang berjaga. Jadilah kami harus membayar 20.000 idr/ orang untuk tiket masuknya dan 10.000 idr/ kendaraan untuk parkirnya. Sebelum memulai tracking, pastikan dulu semua anak-anak ini sudah selesai hajatnya di wc. Setelah itu cek berikutnya adalah covid kit (masker, topi, handsanitizer dan disinfectant). 

Setelah semuanya ok maka kami pun mengikuti rombongan didepan kami. Namun karena suatu hal kami tidak bisa mengikuti mereka. Sempat kami hanya berempat ditengah ladang sambil wondering jalan mana yang mesti kami pilih nih, harus ke kiri atau ke kanan. Alangkah senangnya ketika melihat ada segerombolan akamsi (anak kampung sini) yang menunjukkan jalan mana yang harus kami  lewati. Tapi kata laki gw, bocah-bocah gini juga ngak bisa dipercaya. Akhirnya kami berhenti lagi dan menunggu rombongan lainnya, bener aja donk, ternyata kami hampir salah memilih arah...omg bocah-bocah.

Perjalanan dari tempat parkir ke Lewi Hejo ditempuh +/- 15 menit untuk orang dewasa dan +/- 20 menit ketika membawa anak. Banyak jalan yang landai hanya sesekali terjal keatas, namun tidak membuat anak-anak mengeluh. Gw rasa tujuan utama mereka untuk berenang membuat adrenalin lagi tinggi-tingginya, sabar aja nih nanti pas turunnya (*wink).

Setelah sampai dilokasinya, kami dilarang naik ke Lewi Hejo. Banyak satpol pp yang berjaga disana. Satpol menjelaskan bahwa area lokasi wisata sudah ditutup selama satu minggu terakhir. Kita bisa naik ke Lewi Hejo hanya untuk melihat dan berfoto saja, namun untuk bisa berwisata air kami tidak diperbolehkan. Akhirnya kami turun saja berenang di aliran air setelah Lewi Hejo. Bagi anak-anak sih mereka tidak peduli berenang dan berfotonya harus dimana. Sepanjang perjalanan pun mereka sudah menyarankan kami untuk nyemplung aja langsung dimana-mana aliran sungai terlihat.








Kami memilih menyebrang sungai terlebih dahulu menuju warung diseberang. Selain tidak banyak dilewatin orang-orang yang mau ke Lewi Hejo, barang pun aman digeletakkan diatas meja yang sangat dekat dengan aliran sungai tempat kami bermain air. Selama bermain air mereka senang dan banyak belajar. Terutama belajar berjalan diatas batu yang kadang licin kadang berlumut, atau dasar sungat yang berpasir. 

Tidak hanya itu saja pelajaran lain yang mereka harus lalui adalah kamar mandi yang kurang menyenangkan. Kamar mandi gelap, lantai semen yang berlumut, tanah liat yang harus mereka lewati dari sungai menuju kamar mandi itu sendiri. Namun syukurlah mereka tetap menikmati liburan outdoor mereka. Memang banyak hal yang hanya bisa dipelajari ketika kita berada jauh dari rumah. Semoga pandemi ini bisa segera berlalu dan kita dalam keadaan sehatlah. Amin

Dua hari kemudian, gw dan suami tidak kapok donk untuk mencoba lagi. Tapi kali ini tanpa anak dan dengan persiapan lebih matang. Yuk check sekalin ceritanya Tracking ke Lewi Cepet. 

 

Covid Version

 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver