Di pagi yang
cerah ini saya sudah sangat siap untuk mengunjungi pulau Beras Basah setelah
menempuh perjalanan darat sekitar 6-7 jam perjalanan dari kota Balikpapan
menuju kota Bontang. Sebenarnya pulau Beras Basah ini adalah pulau pribadi yang
dikelola oleh PT. Badak, namun belakangan ini telah dibuka untuk umum. Tidak
ada biaya apa-apa yang harus dibayar saat memasuki wilayah pulau ini. Kita
hanya perlu membayar sewa kapal yang ditumpangi dari dermaga dekat café Singapura.
Untuk satu kapal yang muat 8 orang harga sewanya sebesar Rp.400.000. Perjalanan
dengan kapal ini menempuh waktu sekitar 1-1.5 jam. Beruntungnya saya memiliki
teman yang bekerja di PT.Badak sehingga saya mendapatkan fasilitas 2 speed boat gratis ke Pulau Beras Basah
yang ditempuh hanya dalam 10 menit saja *wink.
Dermaga PT. Badak
Speed Boat dari PT. Badak ke Pulau Beras Basaha
Pantai Pulau Beras Basah
Pulau ini
benar-benar hanya sebesar beras kalau dilihat dari atas. Mungkin pula namanya
Beras Basah karena pulaunya kecil dan pasirnya yang benar-benar putih sehingga
tampak dari atas seperti beras yang selalu basah karena berada ditengah laut. Di
dalam pulau ini cuma ada dua bangunan saja yaitu mercusuar dan rumah penjaga
pulaunya Sebenarnya banyak yang bisa dinikmati di pulau ini seperti snorkeling
dan diving jika kita punya kapal yang membawa kita ke tengah laut. Karang-karang
di dekat pulau beras basah sudah banyak yang hancur, dan sekarang baru memasuki
tahap rehabilitasi awal lagi, sehingga yang paling bisa kami lakukan untuk
menikmati pulau Beras Basah ini adalah bermain air di pantai, mengambil foto di
berbagai sudut pulau dan menikmati suasana pantai di dermaga. Saat menjelang siang hari justru banyak
keluarga yang datang mengunjungi pulau Beras Basah ini membawa anak-anak mereka
bermain air laut.
Taman Hijau di Pulau Beras Basah
Family Occasion Pulau Beras Basah
Another View of Pulau Beras Basah
Dermaga Pulau Beras Basah
Mercusuar Pulau Beras Basah
Namun kami hanya
memiliki waktu dua jam saja menikmati pulau Beras Basah ini sebelum akhirnya
dijemput lagi dengan speed boat PT. Badak. Ada satu hal yang membuat hati miris
ketika mendengar cerita dari anak asli sini dengan kalimat seperti ini, “DULU
disini banyak karang, tapi banyak juga nelayan yang menangkap ikan dengan bom
jadi karangnya sudah rusak”. Benci kata dulu di kalimat itu degh, dulu orang
merusak, sekarang saya yang tidak bisa menikmati. Kalau sekarang kita yang
merusak pasti dimasa depan ada orang yang seperti saya juga yang mendengar kata
yang sama *huks…Dijaga yah pantai dan lautnya belum terlambat inga-inga *wink.
Mungkin bisa
dibilang, tidak ada yang bisa menghalangi saya mengunjungi pulau atau saya yang
tidak bisa kalau tidak berlibur ke tempat jauh dalam sebulan saja. Kunjungan
saya berikutnya dibulan Ramadhan ini adalah pulau Beras Basah. Pulau Beras
Basah berjarak 6-7 jam perjalanan darat dari kota Balikpapan menuju kota
Bontang. Namun sebelum menceritakan Pulau Beras Basah ini, mungkin ada banyak
hal-hal menarik yang harus saya ceritakan terlebih dahulu khusus di halaman
blog ini.
Untuk mencapai
kota Bontang bisa menggunakan jasa travel sekitar Rp.125.000 / orang atau kalau
perginya ramai-ramai bisa rental
mobil saja dari Balikpapan dengan rate sekitar Rp.600.000 / harinya. Jika
menyewa mobil sendiri tentu saja bisa mampir ke kota-kota yang dilalui sebelum
akhirnya sampai di kota Bontang. Salah satu kota yang biasanya dikunjungi di
Kalimantan Timur ini adalah kota Kutai Kertanegara. Di kota ini ada dua tempat
yang seharusnya dikunjungi. Yang pertama yaitu Jembatan Kutai Kertanegara. Pada
malam hari jembatan yang membelah sungai Mahakam ini penuh dengan hiasan lampu
dari ujung ke ujung. Sayangnya saya melewati kota ini pada siang hari sehingga
hanya bisa berfoto-foto dengan kesan jembatan ini benar-benar panjang.
Selain itu, ada
taman yang sebenarnya digadang-gadang untuk menjadi taman bermain di tengah
pulau sungai Mahakam. Nama taman ini adalah pulau Kemala, namun sudah banyak fasilitasnya yang rusak dan jarak
antar wahana yang cukup jauh pun menjadi salah satu kendala. Untuk mencapai
pulau Kumala ini kita harus menggunakan perahu. Perahu ini bisa dipakai hanya
untuk menyeberang namun bisa pula disewa untuk berkeliling sungai Mahakam.
Biaya masuk ke pulau ini adalah Rp.20.000 /orang untuk fasilitas mobil yang
mengantar keliling pulau dan soft drink.
Ojek Perahu untuk menyebrang ke pulau
Bus Wisata untuk berkeliling pulau Kemala
Rumah Adat Suku Dayak
Pura simbol Kutai sebagai kota berkembangnya Hindu
Beranjak ke kota
berikutnya adalah kota Samarinda. Kota Samarinda ini adalah ibu kota Provinsi
Kalimantan Timur namun tidak ada yang dapat saya sarankan untuk dikunjungi
disini selain makanan pinggir sungai Mahakam dan Islamic Center atau Mesjid
Raya kota Samarinda yang dibangun sangat besar dan penuh cahaya lampu pada
malam hari. Konon untuk menyalakan lampu seluruh mesjid ini dalam sehari harus
menghabiskan solar yang sampai sejumlah Rp.5.000.000 (benar atau salah?).
Tidak
berlama-lama perjalanan kembali dilanjutkan hingga tiba akhirnya di kota
Bontang. Saya dan teman-teman menginap di Hotel Andika. Selain gratis, buat
saya dan teman-teman jaraknya dari tempat keberangkatan pun cukup dekat. Kalau
saya gratis kalau kamu tentu saja bayar :p. Harga hotel di sini dimulai dari
harga Rp.250.000 hingga Rp.450.000
permalam. Saran saya, jika pergi beramai-ramai ambillah kamar yang
seharga Rp.350.000 dan pesan saja kasur
tambahan (extra bed) seharga
Rp.20.000 . Jangan khawatir karena luas kamar dua kali kamar standar di hotel.
Patung Merlion khas Bontang
Pada malam hari
ada dua tempat yang bisa dikunjungi di kota Bontang. Tempat pertama yaitu café
Singapura. Dinamakan Singapura karena di cafe ini terdapat Statue Merlion yang juga menyemburkan air dari mulutnya. Kalau
pengambilan fotonya hanya badan kita dan Merlionnya saja, orang-orang tentu
percaya kita sedang berada di Singapore. Hal yang menarik dari café Singapura
ini adalah seluruh bagian café berada di atas teluk. Sebagian
besar tempat duduk di cafe ini pun adalah outdoor
jadi suasana nyaman dan tenang benar-benar dapat dinikmati di sini. Monolog, ”gimana ngak tenang kalau cuma ada café ini
saja di ujung berug Bontang”.
Tempat yang
satunya lagi bernama Tanjung Koala. Tanjung Koala ini juga tidak kalah aneh
tempatnya dari café Singapura. Kalau café Singapura hanya cafenya saja yang
berada diatas air, kalau Tanjung Koala ini dari pinggir jalan masuk kedalam
Tanjung Koala sepanjang satu kilometer semuanya berada diatas tanjung. Tanjung
Koala ini adalah kumpulan café-café pinggir laut yang biasanya ditemui di
kota-kota yang dekat dari pantai. Untuk mencapai café-café ini saya harus
berjalan sekitar satu kilometer melewati perkampungan yang rumah-rumah dan
jalanan depannya pun dibangun diatas air dengan menggunakan kayu ulin. Monolog,”ulin-ulin betapa malang nasib mu nak nak
nak”.
Capek
berkeliling kota Bontang pada malam hari saatnya pulang tidur, bagi yang siap
melanjutkan perjalanan silahkan mengunjungi bukit di daerah pupuk kaltim. Dari
atas bukit, pemandangan pabrik pupuk yang sangat besar ini juga fantastis untuk
dinikmati dengan banyak lampu pabrik dan kobaran api abadi di sekeliling
pabrik.
Blog ini kelanjutan dari diary-diary yang sudah pensiun.
Daripada mengingat banyak hal yang negatif dalam diary lebih baik berbagi cerita dan perjalanan yang menarik.
Banyak perjalanan yang dimulai dengan teman yang menjadi sahabat kemudian dan pacar dan berakhir menjadi suami dari blog ini mulai hingga lalalala selamanya. Sekarang blog ini sudah ramai dengan cerita dengan keluarga kecil kami.
Semoga selalu ada cerita dan perjalanan yang dapat saya bagi. *wink
For English Version check my other blog www.foodnfeed.blogspot.com