Rasanya
baru 2 jam tertidur namun sudah harus terbangun lagi. Nampaknya ini telah menjadi
kewajiban yang harus saya lakukan tiap kali berwisata di pegunungan. Mungkin
karena saya selalu ingin mengejar keindahan sunrise
dan sejuknya hawa pengunungan yang mana mengharuskan saya bangun sesubuh mungkin.
Namun tidak menjadi masalah karena keindahan pegunungan kali ini sudah terbukti
hingga ke manca negera. Apalagi kalau bukan Bromo, wisata pegunungan yang cocok
bagi orang-orang yang memang suka mendaki ataupun orang yang hanya ingin
menikmati indahnya pemandangan. Fasilitas dan akses yang sudah memadai membuat
gunung Bromo menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan lokal dan
internasional.
Mungkin kamu bertanya-tanya buat apa pakai Jeep? Kenapa tidak pakai mobil sendiri saja? Rute untuk mencapai Pananjakan – salah satu spot terbaik untuk melihat sunrise di Bromo– merupakan jalanan berpasir dan berdebu, serta harus melalui tanjakan yang cukup curam. Nah, dalam medan yang berat kayak itu, hanya mobil Jeep yang bisa menembusnya. Bagi orang awam seperti saya yang hanya pernah melihat Bromo melalui foto, suasana Pananjakan yang gelap gulita seperti misteri buat saya. Di area ini ada tempat duduk berundak-undak menyerupai mini theater. Begitu kamu datang, telah banyak orang yang duduk, tidur-tiduran bahkan tidur beneran. Kalau tempat duduknya seperti ini, sunrise itu nampak seperti adengan film yang benar-benar harus di nikmati.
Tip:
Kalau mau mengabadikan pemandangan bromo, carilah posisi paling depan. Bahkan,
kalau perlu dekat pagar pembatas, karena itu satu-satunya cara agar saat sunrise nanti kamu benar-benar mengambil
foto sunrise, bukan kepala manusia
;p. Oh iya, jangan lupa bawa tripod agar gambarnya tidak blur dan shaky ya…
Setelah
menunggu beberapa saat, secercah cahaya mulai nampak perlahan dari sebelah kiri
theater sunrise ini. Tanpa menunggu
komando, orang-orang serentak mengambil foto, mencoba mengabadikan cahaya sunrise yang perlahan-lahan menyingkap
keindahan pegunungan Bromo.
Dimulai
dari megahnya Gunung Semeru yang mengeluarkan kepulan asap dari kawahnya.
Selanjutnya deretan pegunungan dibawah kaki
gunung Semeru yang mulai terlihat satu persatu. Namun, di antara pengunungan
tersebut, nampak ada satu gunung yang terlihat menonjol. Ya, itulah gunung Bromo. Gunung yang terlihat jelas karena kawahnya
yang menganga lebar ini seolah-olah mengingatkan bahwa ‘dia’ punya banyak
cerita. Karena jumlah pengunjung yang membludak, kesempatan mengambil gambar
yang bagus dengan para ‘selebriti alam’ ini mungkin akan terasa sulit. Bahkan
banyak yang sampai melewati pagar pembatas demi mendapatkan foto.
Setelah
puas mengumpulkan foto dari berbagai sudut, ada baiknya mampir di warung-warung
di sepanjang jalanan turun dari Pananjakan untuk sarapan. Hal ini penting, mengingat
kegiatan berikutnya adalah tracking
gunung Bromo. Sama halnya ketika di daerah lain di pulau Jawa – selain Jakarta
dan Bandung tentunya – harga makanan di daerah sini pun tidak terlalu melilit
kantong. Tapi, hal yang sama tidak berlaku untuk suvenir, harganya hampir sama
seperti di luar negeri saking mahalnya!
Rekan Sepenanggungan *wink |
Sebenarnya,
jalan yang harus ditempuh untuk sampai ke bibir kawah gunung Bromo tidak jauh.
Walaupun hanya untuk sampai ke kaki gunung Bromo saja, saya harus jalan beratus-ratus
meter karena Jeep tidak boleh masuk
ke sana. Alasannya? Karena daerah itu merupakan wilayah bisnis transportasi
kuda. Yah namanya juga bagi-bagi rejeki, kan..
Jika menggunakan transportasi kuda biasanya dikenakan biaya Rp.130.000
–Rp.150.000/kuda/orang/PP. Tapi kalau sudah agak siang sih bisa jadi
Rp.75.000/kuda/orang/PP (silahkan menawar *wink).
Awalnya
saya ingin mencoba bagaimana rasanya berjalan di tengah-tengah badai pasir.
Ternyata rasanya sangat menderita! Saat badai pasir datang, saya harus berhenti
dan membelakangi arah angin supaya pasir tidak masuk ke mata dan mulut. Saat
tidak ada angin, lalu lalang orang yang berjalan di sekeliling saya membuat
pasir-pasir halus kembali beterbangan. Belum lagi kuda-kuda yang hilir mudik
menambah parah kesulitan saya untuk bernapas.
Akhirnya
setelah mendaki kira-kira setengah dari gunung Bromo, saya memutuskan untuk
naik kuda saja. Ternyata, kuda ini pun sebenarnya tidak dapat digunakan hingga
ke bibir kawah. Kuda-kuda akan diparkir di dataran luas. tepat sebelum tangga
yang menuju ke kawah, Setelah itu saya harus meneruskan pendakian yang sangat
curam ke bibir kawah. Sebenarnya ada tangga beton yang bisa digunakan, namun
kondisinya mengenaskan. Anak tangganya banyak yang rusak, bahkan di beberapa
titik, pegangannya sudah runtuh, Apalagi kondisi tangga yang hampir seluruhnya
tertutup oleh pasir, rasanya seperti sedang sedang mendaki bukit pasir
sungguhan. Saya sampai berpikir jangan-jangan tangga ini peninggalan jaman
kerajaan.
Setelah berjuang setengah hidup akhirnya saya sampai di bibir kawah Bromo, Sayangnya, badai pasir membuat dasar kawah hampir tidak terlihat. Namun saat menengok ke belakang, pemandangan badai pasir yang kadang menutupi kaki gunung Bromo memberikan kepuasan tersendiri karena telah jalan sejauh ini. Puas menikmati puncak Bromo, saya lalu turun kembali ke tempat parkir Jeep dengan membawa oleh-oleh khas Bromo: muka cemong di sana-sini, rambut kusut dan kasar serta baju dan sepatu yang penuh pasir .
Setelah berjuang setengah hidup akhirnya saya sampai di bibir kawah Bromo, Sayangnya, badai pasir membuat dasar kawah hampir tidak terlihat. Namun saat menengok ke belakang, pemandangan badai pasir yang kadang menutupi kaki gunung Bromo memberikan kepuasan tersendiri karena telah jalan sejauh ini. Puas menikmati puncak Bromo, saya lalu turun kembali ke tempat parkir Jeep dengan membawa oleh-oleh khas Bromo: muka cemong di sana-sini, rambut kusut dan kasar serta baju dan sepatu yang penuh pasir .
Selain
Panajakan dan Gunung Bromo masih ada beberapa tempat wisata di sekitar sini
yang bisa kamu kunjungi. Pasir berbisik, padang
kaktus dan padang savana. Untuk mengunjungi 4–5 lokasi tersebut biasanya
dikenakan biaya sekitar Rp.500.000/++ untuk 5 orang/Jeep. Namun, jika hanya ingin ke Pananjakan dan gunung Bromo saja,
biasanya dikenakan biaya sekitar Rp.350.000/++ untuk 5 orang/Jeep. Bagi yang mau langsung berendam
air panas, bisa turun dari arah Pasuruan. kemudian dilanjutkan ke Malang dan
Batu. Selamat berlibur *wink.
NB:
Baca juga artikel terkait di bawah ini yah. Penting!
Sewa
Kamar : Rp 80.000-Rp 100.000/ malam
Sewa
Mobi Jeep 3 tempat: Rp. 350.000/ mobil/ 5 orang
Sewa
Kendaraan: Rp. 350.000- Rp 500.000
Makan:
Rp 8.000 – Rp. 15.000/ Sekali makan
Foto oleh: Cita Nursyadzaly
Cerita oleh: Tenri Ake
Edit oleh: Cita Nursyadzaly
Foto oleh: Cita Nursyadzaly
Cerita oleh: Tenri Ake
Edit oleh: Cita Nursyadzaly
0 komentar:
Posting Komentar