Memasuki
liburan panjang menyambut natal, penduduk ibu kota mulai beranjak meninggalkan
Jakarta menuju ke kampung halaman masing-masing. Tujuannya? Tentu saja ke
daerah-daerah pusat liburan seperti Puncak, Bandung, Bali maupun ke luar
negeri. Namun bagi saya, momen seperti ini justru kesempatan emas untuk menikmati
Jakarta yang lengang, sepi dari kemacetan. Pada liburan kali ini, saya
menyempatkan diri untuk mengunjungi Monumen dan Museum Nasional. Kedua tempat
ini berlokasi di Jl. Medan Merdeka sehingga memudahkan saya untuk mengunjungi
keduanya. Tidak perlu berpanjang lebar lagi, mari memulai cerita saya kali ini.
Museum Nasional
Kalau
liburan musim panas identik dengan pantai dan pegunungan, maka liburan di musim hujan akan saya identikkan dengan museum. Tujuannya
apalagi kalau bukan agar bisa tenang berada didalam museum jika sewaktu-waktu
hujan datang *wink. Berbeda dengan
museum-museum sebelumnya yang saya kunjungi, museum kali ini lebih menceritakan
secara umum mengenai Indonesia dari jaman pra-sejarah hingga jaman modern.
Museum Nasional terdiri dari dua gedung. Yang pertama nampaknya gedung asli
dari museum nasional, hanya terdiri dari satu lantai dan halaman tengah gedung
yang begitu hijau, kontras dengan tiang-tiang tinggi di sekelilingnya yang
berwarna putih.
Di
bagian depan gedung, ada papan besar bergambar profil berbagai suku di
Indonesia, lengkap dengan pakaian adatnya. Papan ini dilukis dengan sangat baik
dan benar-benar menampilkan ciri khas yang berbeda antara seluruh suku di
Indonesia. Beranjak dari gedung bagian depan, saya disambut dengan berbagai
arca-arca asli peninggalan sejarah yang di kumpulkan dari berbagai daerah di
Indonesia. Mulai dari arca yang hanya setinggi telapak tangan hingga arca yang
menggapai langit-langit museum semuanya dipamerkan disini. Namun tidak perlu khawatir,
setiap arca memiliki informasi yang bertuliskan nama, fungsi, dan sejarah
singkat arca tersebut.
Selanjutnya,
koleksi pameran yang berada dibagian belakang gedung nampak tidak mau kalah
dengan deretan arca-arca tadi dalam menceritakan Indonesia kepada saya.
Barang-barang yang dipamerkan didalam sini dibagi menjadi beberapa daerah di
Indonesia. Setiap barang menceritakan fungsi dan sejarahnya masing-masing. Dari
sini saya tahu kalau muka garang si barong dalam pertunjukan barong di Bali itu
justru simbol kebaikan yang melumpuhkan kejahatan. Padahal awalnya saya
berpikir, kalau penampilan barong yang mengerikan justru melambangkan kejahatan
hehehe *wink.
Tidak
hanya tentang barong dari pulau dewata, sejarah pembuatan tato, fungsi dan
makna dibalik sebuah tato bagi suku Dayak juga diceritakan disini. Sekedar
informasi bahwa bagi orang Dayak, tato bergambar bintang di bagian pundak itu
berarti telah ada satu nyawa yang ‘dibebaskan’ oleh Mandau si pemilik tato.
Mungkin, kalau orang dayak bertemu dengan perempuan yang gemar membuat tato
bergambar bintang di bagian pundaknya akan berpikir “ngeri sekali
perempuan-perempuan jaman sekarang.” Hahahaha…
Setelah
mengelilingi gedung pertama secara keseluruhan, sekarang waktunya untuk beranjak ke bagian lain dari Museum Nasional Gedung kedua terlihat baru,
terdiri dari tujuh lantai dimana lantai pertama hingga ke empat merupakan
bagian gedung yang diperuntukkan sebagai museum. Yang menyenangkan, ada fasilitas
eskalator dan lift untuk memudahkan para pengunjung mengelilingi bangunan
museum.
Di
lantai dasar, terdapat beragam koleksi yang menjelaskan tentang manusia purba,
mulai dari teori-teori hingga temuan tulang belulang, serta contoh rangka dari zaman
pra-sejarah. Di lantai dua, ada berbagai koleksi alat-alat perdagangan,
prasasti dan miniatur-miniatur kapal yang banyak digunakan untuk pelayaran dan perdagangan.
Uniknya, prasasti-prasasti tersebut
bukan hanya tertulis dalam bahasa sansekerta, melainkan juga huruf arab dan berbagai
tulisan lainnya yang sudah punah.
Setelah
mengelilingi lantai kedua, selanjutnya berpindah ke lantai atas. Sayangnya,
pada saat saya berkunjung, sedang ada renovasi di lantai tiga. Tanpa membuang
waktu lagi, saya langsung menuju lantai empat. Harta kekayaan kerajaan-kerajaan
lampau Indonesia menjadi tema besar koleksi museum di lantai ini. Berbagai barang
pameran dari guci yang ditemukan di dasar laut, hingga koleksi emas, perhiasan,
dan alat-alat persembahan dari kerajaan-kerajaan di Indonesia juga di pamerkan
disini. Sayangnya, di lantai ini tidak diperkenankan untuk mengambil gambar.
Secara
keseluruhan, saya sangat puas berjalan-jalan mengelilingi Museum Nasional ini. Para
pengunjung juga tidak habis-habisnya berdatangan, baik rombongan wisatawan
dalam negeri, turis luar negeri hingga anak-anak sekolah yang melakukan study tour. Selesai menjelajahi seluruh
museum, akhirnya saya memutuskan untuk menikmati suasana Jakarta sore hari di
sekitar Monumen Nasional.
Monumen Nasional
(MONAS)
Tempat
ini merupakan simbol ibukota Indonesia, Jakarta, sehingga keterlaluan kalau
masih ada yang belum pernah mendengar tentang Monas sebelumnya. Saat sore hari,
banyak hiburan murah meriah di sekitaran tempat ini. Mulai dari penyewaan sepeda
gandeng, mobil-mobilan listrik untuk anak-anak, andong, layangan serta foto
bersama dengan ondel-ondel sebagai ikon dari Jakarta. Selain itu, pengunjung
juga dapat masuk ke museum di dalam monumen. Mau naik hingga ke puncak Monas?
Tentu saja bisa. Cukup dengan membayar karcis – dan memiliki kesabaran untuk
antri – kamu bisa menggunakan lift untuk naik hingga ke puncak dan menikmati
pemandangan kota Jakarta dari ketinggian 130 meter. Sayangnya, hari itu saya datang terlalu sore,
hingga loket yang menjual karcis sudah tutup.
Untuk
menghibur diri, saya hanya berkeliling-keliling di taman sekitar Monas, lalu
duduk di salah satu kursi dan menikmati
pemandangan anak-anak bermain, keluarga yang sedang bercengkarama dan langit
Jakarta yang saat itu sedang biru berawan. Bagi saya sendiri, menikmati suasana
sore di tempat ini – walaupun selalu ramai pada saat akhir pekan – memberikan
‘ketenangan’ yang berbeda. Duduk santai dikelilingi hijaunya pohon dan rumput di
sekitaran tugu, ditambah hembusan angin sepoi-sepoi, membuai saya dalam nikmatnya
sisi lain kota Jakarta.
Mau
ikut ‘bertualang’ ke tempat-tempat di atas? Tidak usah merogoh kantong terlalu
dalam. Dijamin murah meriah!
Tiket
masuk Museum Nasional: Dewasa Rp. 5.000; Anak-anak Rp. 2.000
Tiket
masuk Museum Rombongan (min. 20 org): Dewasa Rp. 3.000; Anak-anak Rp. 1.000
Tiket
masuk wisatawan mancanegara: Rp. 10.000
Foto
bersama ondel-ondel: Rp. 10.000
Harga
tiket masuk monas: Rp. 2000 - Rp. 5.000
Cerita oleh: Tenri Ake
Edit Cerita & Foto oleh: Cita Nursyadzaly
0 komentar:
Posting Komentar