Selasa, 07 April 2015

Paralayang, Puncak Bogor

 Sebenarnya banyak yang memanfaatkan liburan kali ini untuk pergi ketempat-tempat yang lumayan jauh. Tinggal ambil cuti 1 hari di hari senin dapat deh liburan sabtu s.d selasanya. Namun karena weekend telah diisi dengan satu dan lain hal, jadinya untuk hari selasa ini kami menyempatkan untuk berlibur ke puncak saja.

Ternyata tidak perlu terlalu jauh untuk menikmati liburan yang dekat dengan alam, hanya dengan liburan ke daerah puncak bogor pun saya sudah punya 2 agenda yang harus saya lakukan yaitu berparalayang dan menunggang kuda.

Kami meninggalkan Jakarta sekitar pukul 07.00 a.m, sayangnya itu tidak cukup pagi untuk memulai perjalanan. Kami tiba di perempatan lampu merah menuju puncak sekitar pukul 08.45 a.m dikarenakan banyaknya kendaraan yang juga bergerak menuju puncak. Tepat pukul 09.00 jalur bawah ditutup sehingga arus balik dari daerah puncak dapat berjalan dua arah untuk menghindari penumpukkan. Untunglah hanya menunggu sekitar satu jam saja, maka arus balik dari atas pun ditutup, dengan sendirinya arus datang dari bawah menuju kekawasan puncak pun punya akses 2 arah.

Ini sangat efektif dan menguntungkan karena kami pun segera tiba di lokasi untuk memulai Paralayang. Untuk berwisata paralayang ini bisa dengan cara booking melalui travel agent atau go show langsung beli on the spot. Jika melihat kondisi kemarin, yang melakukan booking terlebih dahulu tidak perlu ikut antri dari awal, bisa langsung memotong dan tentu saja lebih cepat untuk terbang.

Ada tiga kegiatan paralayang yang biasa dilakukan disini:
1.       - Tourist, ini bagi orang-orang seperti saya yang sama sekali tidak tahu cara menggunakan paralayang. Kami akan terbang tandem bersamaan dengan atlet/ intruktur yang berpengalaman. Waktu terbang sekitar 5-8 menit tergantung berat badan dan kecepatan angin. Semakin berat dan semakin cepat anginnya maka akan semakin cepat pula kita mendarat. Pastikan belum sarapan berat sebelum main yah, bisa rugi sudah bayar Rp. 350.000/orang hahahaaha.

2.       - Paralayang Student, ini bagi orang-orang yang ingin belajar untuk menggunakan paralayang. Waktu belajar paling cepat membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Kalau tujuannya hanya ingin sekedar bisa terbang saja. Namun jika tujuannya adalah untuk mendapatkan license dari beginner hingga instructor maka waktu yang dibutuhkan lebih bervariasi.

3.     -   User, ini bagi orang-orang yang sudah bisa terbang sendiri menggunakan paralayang. Banyak yang membawa alat terbang sendiri namun ada juga yang menyewa langsung dilokasi. Rate untuk menyewa berkisar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000/ hari tergantung license yang dimiliki. Semakin rendah licensenya semakin mahal biaya sewa yang dibebankan.



*jika video tidak keluar silahkan ke link dibawah ini:
https://youtu.be/8xLambOLX88

Lanjut kepengalaman terbang saya kali ini, sebelum terbang tidak ada briefing singkat yang diberikan, saya langsung diserbu dengan beberapa teknisi yang memasangkan pengaman ini itu kebadang saya dan dengan secepat kilat pun saya sudah siap terbang bersama dengan tandem saya.
“Ayo mbak lari yang kencang yah” terdengar suara dari tandem saya. Namun berlari menuju jurang itu bikin lemes dan akhirnya saya pasrah sajalah, biarkan tandem saya yang berlari kencang saja, saya sudah angkat kaki saja. Oleh karena itulah start terbang saya lebih rendah dari suami saya yang giat sekali berlari *wink.
Masih dengan perasaan takut dan tangan kanan gemetar sambil memegang go pro untuk merekam, pemandangan hijau dan udara sejuk segera menyambut saya. Rasanya tenang sekali terbang perlahan, terkadang sedikit menukik ke kiri dan ke kanan untuk berkeliling-keliling sebentar diatas perkebunan. Terkadang panik kembali menghampiri karena memindahkan go pro dari tangan kanan ke tengan kiri itu butuh pegangan yang kuat. Bagaimana rasanya tidak bisa dijelaskan dengan detail, untuk tahu bagaimana serunya bisa langsung datang saja kesana.

Selanjutnya kami segera bergerak menuju daerah puncak pas. Kali ini kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di RM. Rindu Alam. Pilihlah meja makan yang berada bagian luar restoran. Posisi ini menawarkan udara yang lebih sejuk dan pemandangan perkebunan teh untuk menemani makan siang kami. Setelah memesan beberapa jenis lauk pauk untuk porsi berlima, harga yang harus dikeluarkan kurang lebih Rp. 280.000,00 cukup fantastis murah jika melihat menu yang kami pesan.

Setelah makan siang berakhir kami pun belum bisa langsung beranjak turun menuju kebun teh Walini dikarenakan system buka tutup masih diberlakukan. Sekitar pukul 2 kemacetan didepan puncak pas mulai ada harapan, akhirnya kami pun memutuskan melanjutkan perjalanan saja. Amat sangat disayangkan, jumlah kendaraan yang cukup banyak membuat kami harus kembali merasakan buku tutup arus atas hingga pukul 4 sore. Padahal kami hanya berjarak sekitar 1km lagi dari tempat tujuan kami. Untung saja, meskipun terhadang beberapa kali, kami tetap bisa sampai di kawasan Wisata Agro Gunung Mas atau dikenal juga Kebun The Gunung Mas (Walini).


Bengong serempak karena ada yang minta cerai ditengan kebun teh *for sure
Didalam kawasan ini, kita bisa duduk santai minum teh walini sambil melihat-lihat perkebunan, kita juga bisa menyewa kuda selama 15menit, 30 menit bahkan 1 jam untuk mengelilingi kawasan kebun teh ini. Rencana sebenarnya adalah saya dan keponakan saya akan menyewa satu kuda untuk berkeliling kebun teh. Apa daya anak kecil ini sulit diyakinkan, akhirnya dia baru mau naik kuda jika ditemani oleh bundanya. Jadilah kami justru menyewa 3 kuda untuk saya, suami dan ipar saya beserta anaknya. Baru saja beberapa langkah, si bocah kecil ini sudah bernyanyai “tuk tik tak tik tuk”. Padahal si Bunda sendiri pun sebenarnya takut untuk naik kuda, derita orang tualah buat jadi contoh ke anaknya hehehe.
Setelah berjalan sekitar 7 menit, barulah kemudian bocah ini berani untuk pindah ke kuda milik saya dan melanjutkan perjalanan selama 20 menit kedepan. Sedangkan dua kuda lainnya harus pulang karena jatah mereka hanya 15 menit. Saya tidak merasa rugi untuk berkeliling kebun teh selama 30 menit. Semakin lama saya lebih sering di biarkan untuk menunggangi kuda sendiri, pak kusir hanya mengikuti kita dari belakang sambil berjalan santai.

“Gubrak”, tiba-tiba saja kuda saya jatuh. Sontak kami berdua diatas kuda kaget. Ternyata kaki kudanya terpelesat saat menginjak batu-batu kali ada ditengah jalan jalan. Si bocah langsung mengelus-elus badan kudanya sambil berkata “saying kuda, jangan kayak gitu yah kuda, saying kuda, hati-hati kuda”. Syukurlah dia tidak tiba-tiba menangis dan minta pulang. Bocah hebat! :D. Sepanjang perjalanan tentu saja saya harus selalu bernyanyi berulang-ulang dengan penuh keceriaan agar si bocah tidak merasa bosan. Untung saja sepanjang perjalanan kami diisi dengan tawa. Senangnya berlibur ke puncak yey!



Ittenary
Bensin Rp. 200.000 (Pertamax)
Makan Rp. 280.000/5 orang
Paralayang
Main Paralayang Rp.350.000,00/orang
Tiket Masuk Paralayang Rp.12.500,00/orang
Asuransi Paralayang Rp.500,00/orang
Tiket Masuk Mobil Rp.5.000,00/mobil
Wisata Agro
Sewa kuda:
15 menit Rp.45.000,00/kuda
30 menit Rp.90.000,00/kuda
60 menit Rp. 150.000,00/kuda
Biaya Masuk Taman Wisata Agro Rp.15.000,00/orang
Tiket Masuk Mobil Rp.7.500,00/mobil
Asuransi Wisata Agro Rp.500,00/orang
Minum teh Rp. 10.000/1 poci/4 orang

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver