Ternyata tidak perlu terlalu jauh untuk menikmati liburan
yang dekat dengan alam, hanya dengan liburan ke daerah puncak bogor pun saya
sudah punya 2 agenda yang harus saya lakukan yaitu berparalayang dan menunggang
kuda.
Kami meninggalkan Jakarta sekitar pukul 07.00 a.m, sayangnya itu tidak cukup pagi untuk memulai perjalanan. Kami tiba di perempatan lampu merah menuju puncak sekitar pukul 08.45 a.m dikarenakan banyaknya kendaraan yang juga bergerak menuju puncak. Tepat pukul 09.00 jalur bawah ditutup sehingga arus balik dari daerah puncak dapat berjalan dua arah untuk menghindari penumpukkan. Untunglah hanya menunggu sekitar satu jam saja, maka arus balik dari atas pun ditutup, dengan sendirinya arus datang dari bawah menuju kekawasan puncak pun punya akses 2 arah.
Kami meninggalkan Jakarta sekitar pukul 07.00 a.m, sayangnya itu tidak cukup pagi untuk memulai perjalanan. Kami tiba di perempatan lampu merah menuju puncak sekitar pukul 08.45 a.m dikarenakan banyaknya kendaraan yang juga bergerak menuju puncak. Tepat pukul 09.00 jalur bawah ditutup sehingga arus balik dari daerah puncak dapat berjalan dua arah untuk menghindari penumpukkan. Untunglah hanya menunggu sekitar satu jam saja, maka arus balik dari atas pun ditutup, dengan sendirinya arus datang dari bawah menuju kekawasan puncak pun punya akses 2 arah.
Ini sangat efektif dan menguntungkan karena kami pun segera
tiba di lokasi untuk memulai Paralayang. Untuk berwisata paralayang ini bisa
dengan cara booking melalui travel agent atau go show langsung beli on the
spot. Jika melihat kondisi kemarin, yang melakukan booking terlebih dahulu
tidak perlu ikut antri dari awal, bisa langsung memotong dan tentu saja lebih
cepat untuk terbang.
Ada tiga kegiatan paralayang yang biasa dilakukan disini:
1. - Tourist, ini bagi orang-orang seperti saya yang
sama sekali tidak tahu cara menggunakan paralayang. Kami akan terbang tandem
bersamaan dengan atlet/ intruktur yang berpengalaman. Waktu terbang sekitar 5-8
menit tergantung berat badan dan kecepatan angin. Semakin berat dan semakin
cepat anginnya maka akan semakin cepat pula kita mendarat. Pastikan belum
sarapan berat sebelum main yah, bisa rugi sudah bayar Rp. 350.000/orang
hahahaaha.
2. - Paralayang Student, ini bagi orang-orang yang
ingin belajar untuk menggunakan paralayang. Waktu belajar paling cepat
membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Kalau tujuannya hanya ingin sekedar bisa
terbang saja. Namun jika tujuannya adalah untuk mendapatkan license dari
beginner hingga instructor maka waktu yang dibutuhkan lebih bervariasi.
3. - User, ini bagi orang-orang yang sudah bisa
terbang sendiri menggunakan paralayang. Banyak yang membawa alat terbang
sendiri namun ada juga yang menyewa langsung dilokasi. Rate untuk menyewa
berkisar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000/ hari tergantung license yang dimiliki.
Semakin rendah licensenya semakin mahal biaya sewa yang dibebankan.
*jika video tidak keluar silahkan ke link dibawah ini:
https://youtu.be/8xLambOLX88
Lanjut kepengalaman terbang saya kali ini, sebelum terbang tidak ada briefing singkat yang diberikan, saya langsung diserbu dengan beberapa teknisi yang memasangkan pengaman ini itu kebadang saya dan dengan secepat kilat pun saya sudah siap terbang bersama dengan tandem saya.
https://youtu.be/8xLambOLX88
Lanjut kepengalaman terbang saya kali ini, sebelum terbang tidak ada briefing singkat yang diberikan, saya langsung diserbu dengan beberapa teknisi yang memasangkan pengaman ini itu kebadang saya dan dengan secepat kilat pun saya sudah siap terbang bersama dengan tandem saya.
“Ayo mbak lari yang kencang yah” terdengar suara dari tandem
saya. Namun berlari menuju jurang itu bikin lemes dan akhirnya saya pasrah sajalah,
biarkan tandem saya yang berlari kencang saja, saya sudah angkat kaki saja. Oleh
karena itulah start terbang saya lebih rendah dari suami saya yang giat sekali
berlari *wink.
Masih dengan perasaan takut dan tangan kanan gemetar sambil
memegang go pro untuk merekam, pemandangan hijau dan udara sejuk segera
menyambut saya. Rasanya tenang sekali terbang perlahan, terkadang sedikit
menukik ke kiri dan ke kanan untuk berkeliling-keliling sebentar diatas
perkebunan. Terkadang panik kembali menghampiri karena memindahkan go pro dari
tangan kanan ke tengan kiri itu butuh pegangan yang kuat. Bagaimana rasanya
tidak bisa dijelaskan dengan detail, untuk tahu bagaimana serunya bisa langsung
datang saja kesana.
Selanjutnya kami segera bergerak menuju daerah puncak pas.
Kali ini kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di RM. Rindu Alam.
Pilihlah meja makan yang berada bagian luar restoran. Posisi ini menawarkan
udara yang lebih sejuk dan pemandangan perkebunan teh untuk menemani makan
siang kami. Setelah memesan beberapa jenis lauk pauk untuk porsi berlima, harga
yang harus dikeluarkan kurang lebih Rp. 280.000,00 cukup fantastis murah jika
melihat menu yang kami pesan.
Setelah makan siang berakhir kami pun belum bisa langsung
beranjak turun menuju kebun teh Walini dikarenakan system buka tutup masih
diberlakukan. Sekitar pukul 2 kemacetan didepan puncak pas mulai ada harapan,
akhirnya kami pun memutuskan melanjutkan perjalanan saja. Amat sangat
disayangkan, jumlah kendaraan yang cukup banyak membuat kami harus kembali
merasakan buku tutup arus atas hingga pukul 4 sore. Padahal kami hanya berjarak
sekitar 1km lagi dari tempat tujuan kami. Untung saja, meskipun terhadang
beberapa kali, kami tetap bisa sampai di kawasan Wisata Agro Gunung Mas atau
dikenal juga Kebun The Gunung Mas (Walini).
Didalam kawasan ini, kita bisa duduk santai minum teh walini
sambil melihat-lihat perkebunan, kita juga bisa menyewa kuda selama 15menit, 30
menit bahkan 1 jam untuk mengelilingi kawasan kebun teh ini. Rencana sebenarnya
adalah saya dan keponakan saya akan menyewa satu kuda untuk berkeliling kebun
teh. Apa daya anak kecil ini sulit diyakinkan, akhirnya dia baru mau naik kuda
jika ditemani oleh bundanya. Jadilah kami justru menyewa 3 kuda untuk saya,
suami dan ipar saya beserta anaknya. Baru saja beberapa langkah, si bocah kecil
ini sudah bernyanyai “tuk tik tak tik tuk”. Padahal si Bunda sendiri pun
sebenarnya takut untuk naik kuda, derita orang tualah buat jadi contoh ke
anaknya hehehe.
Bengong serempak karena ada yang minta cerai ditengan kebun teh *for sure |
Setelah berjalan sekitar 7 menit, barulah kemudian bocah ini
berani untuk pindah ke kuda milik saya dan melanjutkan perjalanan selama 20
menit kedepan. Sedangkan dua kuda lainnya harus pulang karena jatah mereka
hanya 15 menit. Saya tidak merasa rugi untuk berkeliling kebun teh selama 30 menit.
Semakin lama saya lebih sering di biarkan untuk menunggangi kuda sendiri, pak
kusir hanya mengikuti kita dari belakang sambil berjalan santai.
“Gubrak”, tiba-tiba saja kuda saya jatuh. Sontak kami berdua
diatas kuda kaget. Ternyata kaki kudanya terpelesat saat menginjak batu-batu
kali ada ditengah jalan jalan. Si bocah langsung mengelus-elus badan kudanya
sambil berkata “saying kuda, jangan kayak gitu yah kuda, saying kuda, hati-hati
kuda”. Syukurlah dia tidak tiba-tiba menangis dan minta pulang. Bocah hebat!
:D. Sepanjang perjalanan tentu saja saya harus selalu bernyanyi berulang-ulang
dengan penuh keceriaan agar si bocah tidak merasa bosan. Untung saja sepanjang
perjalanan kami diisi dengan tawa. Senangnya berlibur ke puncak yey!
Ittenary
Bensin Rp. 200.000 (Pertamax)
Makan Rp. 280.000/5 orang
Paralayang
Main Paralayang Rp.350.000,00/orang
Tiket Masuk Paralayang Rp.12.500,00/orang
Asuransi Paralayang Rp.500,00/orang
Tiket Masuk Mobil Rp.5.000,00/mobil
Wisata Agro
Sewa kuda:
15 menit Rp.45.000,00/kuda
30 menit Rp.90.000,00/kuda
60 menit Rp. 150.000,00/kuda
Biaya Masuk Taman Wisata Agro Rp.15.000,00/orang
Tiket Masuk Mobil Rp.7.500,00/mobil
Asuransi Wisata Agro Rp.500,00/orang
Minum teh Rp. 10.000/1 poci/4 orang
0 komentar:
Posting Komentar