Ini adalah trip perdana kami, setelah memiliki anak ditengah-tengah keluarga kecil kami. Namun kali ini kami tidak membawa anak selama trip. Sedih? jangan ditanya, terlebih lagi anak kami masih menyusui asi walaupun tidak 100% asi lagi. Bagaimana caranya bepergian tanpa anak?, mungkin itu mejadi pertanyaan orang tua baru. Akhir pekan kemarin bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya, karena dirayakan di Makassar maka tentu saja si cucu pertama ini ditahan dulu buat tinggal lebih lama dengan nenek. Kami berpikir, mengapa tidak kami memanfaatkan moment langka ini untuk trip berdua.
Segala persiapan dan perlengkapan perang ibu menyusui pun dipersiapkan. Tas asi diubah dari yang selepang menjadi yang berbentuk ransel, 4 icebag, botol asi yang plastik dan aluminium foil. Berikut cara mengamas asi selama perjalanan. Pertama, lapisi seluruh bagian tas dengan aluminium foil. Kedua, masukkan botol asi plastik kedalam tas. Ketiga, letakkan icebag dibagian luar dan bagian atas botol asi. Keempat, bungkus kembali dengan aluminium foil. Ini akan menjaga icebag lebih tahan lama. Saya sempat mencoba dengan mengemas satu persatu asi dengan aluminium foil, kemudian barulah saya bungkus bersamaan dengan icebagnya. Alhasil icebag masih beku sedangkan asi sudah sejuk. Selamat mencoba para pejuang asi *wink.
Hari ini kami terbang dengan pesawat pertama dari Makassar menuju Jakarta menggunakan Lion Air setelah itu kami menunggu kembali dibandara sekitar 2 jam untuk selanjutnya terbang dari Jakarta menuju Bangkok menggunakan Thai Lion. Karena kami berangkat disaat hari kerja, tentu saja harga tiket yang kami dapatkan sangatlah murah Rp 1.4jt/ orang Makassar-Jakarta-Bangkok. Tiket ini bukan transit ticket yah.
Sesampainya di bandara, kami pun segera melakukan rutinitas membeli paket telephone terlebih dahulu agar dapat sesegera mungkin terhubung dengan internet, barulah setelah itu kami menaiki bus yang selanjutnya kami gunakan untuk menuju ke apartemen tempat kami menginap. Ternyata kami harus berjalan agak jauh dari tempat dimana bus kami berhenti. Namun tidak mengecewakan, karena dengan harga Rp. 500.000/ malam, kami bisa mendapatkan apartemen satu kamar dengan fasilitas direct access ke pool. Kami memilih untuk beristirahat sejenak sambil menikmati kolam renang dan bermalas-malasan saja didalam kamar. Cuaca yang sangat terik hari ini, membuat kami memutuskan untuk mengelilingi kota Bangkok pada malam hari saja. "Adek lelah bangggggg".
Taled Rod Fai Market
Ada banyak pasar malam di kota Bangkok, baik yang hanya buka pada saat akhir pekan maupun yang buka setiap harinya. Kami memilih untuk mengunjungi pasar malam yang paling dekat dengan penginapan kami, hanya butuh berjalanan kaki sekitar 20 menit untuk mencapat tempat tersebut, jika tidak ingin berjalanan kami, sebenarnya kami dapat menggunakan kereta dengan jarak stasiun saja.
Lokasi pasar malam ini ternyata berada dibelakang mall, kami sampat bingung melihat google map. Setelah bertanya dengan salah satu pejalanan kaki, akhirnya kami ditunjukkan cara menuju pasar malam dengan melewati mall terlebih dahulu. Pasar malam ini dikelilingin bangunan semi permanen yang diperuntukkan untuk cafe maupun bar, sedangkan ditengah pasa malam, terbentanglah kios-kios yang menjajakan makanan berat, cemilan hingga pakaian dan souvernir.
Kami sempat mencoba beberapa makanan disana, mulai dari chicken wings dengan berbagai rasa hingga sajian seafood yang harganya cukup fantastis kalau dipikir-pikir. Namun seperti biasa, cemilan serangga yang dijajakan nampak mengelitik rasa ingin tahu saya, berulang kali saya melewati tempat yang sama hanya untuk membulatkan tekad mencoba salah satu serangga tersebut. Apa daya, teman jalannya kurang gila juga kalau makanan seaneh ini, jadilah cuma foto-foto dan berlalu. Mari coba lagi dihari berikutnya.
Nite nite. Sampai jumpa dicerita berikutnya *wink
http://makansambiljalan.blogspot.co.id/2017/09/day-2-bangkok.html
Segala persiapan dan perlengkapan perang ibu menyusui pun dipersiapkan. Tas asi diubah dari yang selepang menjadi yang berbentuk ransel, 4 icebag, botol asi yang plastik dan aluminium foil. Berikut cara mengamas asi selama perjalanan. Pertama, lapisi seluruh bagian tas dengan aluminium foil. Kedua, masukkan botol asi plastik kedalam tas. Ketiga, letakkan icebag dibagian luar dan bagian atas botol asi. Keempat, bungkus kembali dengan aluminium foil. Ini akan menjaga icebag lebih tahan lama. Saya sempat mencoba dengan mengemas satu persatu asi dengan aluminium foil, kemudian barulah saya bungkus bersamaan dengan icebagnya. Alhasil icebag masih beku sedangkan asi sudah sejuk. Selamat mencoba para pejuang asi *wink.
Gabag Ransel |
Sesampainya di bandara, kami pun segera melakukan rutinitas membeli paket telephone terlebih dahulu agar dapat sesegera mungkin terhubung dengan internet, barulah setelah itu kami menaiki bus yang selanjutnya kami gunakan untuk menuju ke apartemen tempat kami menginap. Ternyata kami harus berjalan agak jauh dari tempat dimana bus kami berhenti. Namun tidak mengecewakan, karena dengan harga Rp. 500.000/ malam, kami bisa mendapatkan apartemen satu kamar dengan fasilitas direct access ke pool. Kami memilih untuk beristirahat sejenak sambil menikmati kolam renang dan bermalas-malasan saja didalam kamar. Cuaca yang sangat terik hari ini, membuat kami memutuskan untuk mengelilingi kota Bangkok pada malam hari saja. "Adek lelah bangggggg".
Taled Rod Fai Market
Ada banyak pasar malam di kota Bangkok, baik yang hanya buka pada saat akhir pekan maupun yang buka setiap harinya. Kami memilih untuk mengunjungi pasar malam yang paling dekat dengan penginapan kami, hanya butuh berjalanan kaki sekitar 20 menit untuk mencapat tempat tersebut, jika tidak ingin berjalanan kami, sebenarnya kami dapat menggunakan kereta dengan jarak stasiun saja.
Lokasi pasar malam ini ternyata berada dibelakang mall, kami sampat bingung melihat google map. Setelah bertanya dengan salah satu pejalanan kaki, akhirnya kami ditunjukkan cara menuju pasar malam dengan melewati mall terlebih dahulu. Pasar malam ini dikelilingin bangunan semi permanen yang diperuntukkan untuk cafe maupun bar, sedangkan ditengah pasa malam, terbentanglah kios-kios yang menjajakan makanan berat, cemilan hingga pakaian dan souvernir.
Kami sempat mencoba beberapa makanan disana, mulai dari chicken wings dengan berbagai rasa hingga sajian seafood yang harganya cukup fantastis kalau dipikir-pikir. Namun seperti biasa, cemilan serangga yang dijajakan nampak mengelitik rasa ingin tahu saya, berulang kali saya melewati tempat yang sama hanya untuk membulatkan tekad mencoba salah satu serangga tersebut. Apa daya, teman jalannya kurang gila juga kalau makanan seaneh ini, jadilah cuma foto-foto dan berlalu. Mari coba lagi dihari berikutnya.
Nite nite. Sampai jumpa dicerita berikutnya *wink
http://makansambiljalan.blogspot.co.id/2017/09/day-2-bangkok.html
0 komentar:
Posting Komentar