Kamis, 30 Maret 2017

Bangkok Day 3 - Grand Palace, Wat Pho, Wat Arun dan Thai Massage! YEAY!

Ayutthaya? BATAL!!!

Hari ini adalah hari terakhir kami yang full day di kota Bangkok, berdasarkan list tempat yang wajib dikunjungi maka kami memilih untuk mengunjungi Grand Palace dan Wat Arun saja dibandingkan menghabiskan waktu ke Ayutthaya. Berhubung kami mengunjungi Bangkok selama masa berkabung mengenang meninggalnya Raja Bhumibol, maka sebagian besar bahkan warga lokal akan menggunakan baju dengan warna gelap seperti hitam dan abu-abu. Jadi jika ada yang berpakaian terang benderang, bisa dipastikan itu adalah turis. Kami pun memilih untuk menggunakan baju berwarna gelap ketika mengunjungi Grand Palace.

Untuk menuju grand palace kami perlu menggunakan kereta menuju Saphan Taksin. Selanjutnya, tidak terlalu jauh berjalan kaki kami sudah tiba ke Sathorn Pier. Selanjutnya kita hanya perlu untuk membeli tiket untuk menuju Tha Chang Pier. Dengan membayar sebesar Bath 15, kapal ini akan membawa setiap orang kebeberapa tujuan wisata masing-masing. Yah ini seperti bus tapi didalam air.
Dari dermaga kita perlu berjalan menuju ke Grand Palace, sudah banyak turis yang berjalan berlawan arah dengan kami. Cuaca yang terik dan perut yang lapar membuat kami melipir sementara ke dalam restoran mana pun yang memiliki AC indoor. Setelah perut kenyang, barulah kami kembali berjalan menuju ke Grand Palace kembali.

Grand Palace


Tidak hanya ramai dengan wisatawan, Grand Palace masih ramai juga dikunjungi oleh orang lokal yang ingin memberikan penghormatan kepada sang Raja. Mereka menggunakan pakaian serba hitam dan ujung rambut hingga ujung kaki. Pintu masuk untuk wisatawan dan penjenguk raja dibedakan, karena kita memang akan mengunjungi tempat yang berbeda di dalam Grand Palace. Grand Palace merupakan kompleks kerajaan yang terdiri lagi dari kompleks kecil kerajaan. Ada gedung kerajaan yang dibangun untuk pertemuan atau penyambutan tamu negara, ada kompleks kerajaan untuk tempat tinggal, ada yang digunakan untuk mensemayamkan raja yang telah meninggal dunia (rumah duka) dan ada pula yang digunakan untuk proses ritual ibadah sehari-hari.


Kami memasukin wilayah yang selain digunakan untuk wisatawan, juga digunakan untuk beribadah. Oleh karena itu setiap orang yang masuk kedalam kompleks ini tidak boleh memperlihatkan paha dan betis mereka. Itulah sebabnya mengapa banyak penjual sarung maupn celana diluar Grand Palace. Hara untuk satu celana dimulai dari Bath 150 s.d Bath 200 tergantung dari model dan besarnya celana. Tapi berdasarkan informasi, ada juga tempat penyewaan celana/sarung yang terdapat diarea pintu masuk Grand Palace deposit Bath 200. Untuk masuk ke dalam, kami diwajibkan untuk membayar sebesar Bath 500.





Selamat berkeliling di seluruh area Grand Palace, atur waktu yang baik karena Grand Palace itu luas, dari kompleks yang utama kita bisa keluar dan berfoto-foto dijalan-jalan antara kompleks kerajaan banyak bunga dan gedung yang menampilkan arsitek Eropa berpadu dengan Thailand. Untuk kalian yang datang dimusim panas, cuaca amatlah terik sehingga tidak ada salahnya membawa payung, kipas portable dan yang paling penting adalah air minum. Didalam kompleks Grand Palace, saya tidak menemukan satu pun toko seperti tempat wisata di Indonesia pada umumnya.

Wat Pho


Tourist spot berikutnya adalh tempel. Tempel ini terkenal karena ada patung Budha Tidur yang gedenya memakan tempat satu gedung sendiri. Patung ini cuma ada dua di dunia, salah satunya yah ada di Bangkok ini.

Selain patung Budha, disini juga tekenal dengan pijatnya. Salah satu teknik pijat yang terkenal dari Thailand yaitu Thai Massage, semuanya bermula disini. Rasanya ingin mencoba namun apa daya waktu yang padat, dan kami masih memiliki serangkaian tempat harus dikunjungi.





Wat Arun

Untuk menuju ke Wat Arun kami harus menggunakan kapal kembali. Lokasinya tidak jauh dari Wat Pho, cukup menyeberang jalan saja dan kita bisa langsung menuju dermaga penyebrangan. Wat Arun ini seperti pulau tersendiri. Untuk menyeberang kita hanya perlu membayar sebesar Bath 3, sedangkan untuk dapat masuk ke dalam kompleks Wat Arun sendiri, pengunjung diwajibkan membayar sebesar Bath 40.

Sayangnya ketika saya sampai disana, sedang ada proses maintenance, sehingga kami tidak bisa mendaki tempel ini. Namun cukup senang rasanya bisa berkeliling dibawah kaki tempel tersebut. Halaman yang luas pun sangat cocok untuk dijadikan spot foto.




Rasanya tidak pas jika mengunjungi Wat Arun tapi tidak menikmati sunset di sini. Untuk menikmati sunset tentunya tidak dari Wat Arunnya. Kami perlu kembali ke dermaga sebelumnya dan mencari salah satu cafe yang pas untuk menikmati sunset di Wat Arun. Ada beberapa pilihan cafe yang memang menjual pemandangan ini. Pilihan kami jatuh ke The Deck yang berlokasi di Arun Residence. Check ketersediaan meja bisa melalui contact hotel langsung http://www.arunresidence.com/. Lokasinya tidak dipinggir jalan, kami harus menyusuri jalan dan berbelok masuk ke salah satu persimpangan.

Harga makanan disini terbilang lumayan, harganya seperti kita makan di mall, menu makanan berkisar dari Rp.50.000 s.d Rp.100.000 jika dikonversikan. Sedangkan untuk minuman rata-rata dengan harga Rp.25.000 untuk thai tea. Rasanya romantis juga yah, melihat sunset dengan suami dengan suasana yang santai sambil makan. Kami banyak ngobrol tentang hal apa saja, rasanya quality time untuk suami istri apalagi yang sudah memiliki anak tetap harus dijaga.

Tanpa terasa, malam pun berlalu dan kami sudah pesan minum beberapa kali, akhirnya kami pun harus beranjak pulang. Suasana cafe ini juga menarik saat malam hari, meskipun awalnya tidak meyankinkan, namun ternyata banyak orang yang datang kesini untuk hangout baik lokal, ekspatriat dan wisatawan.

Thai Massage in Khao San

Hari ini padat merayap yah cerita dan fotonya dibandingkan hari sebelumnya. Tentu saja hari ini hari yang pas untuk mencoba Thai Massage. Badan rasanya sudah rontok semua karena dua hari membawa ransel asi yang beratnya jangan ditanya. Kalau mau mencari Thai Massage rasanya paling pas jika ke pusat keramaian Bangkok. Kami mencoba ke Rambutri, jalan ini hanya berbeda satu gang dari Khao San. Disini banyak sekali orang yang menawarkan jasa Thai Massage. Tapi rasanya kok kurang sreg yak, dipijat dipinggir jalan, atau dipijat didalam rumah tapi bentuknya seperti aquarium. Bagi yang menggunakan jilbab seperti saya rasanya tidak nyaman dan merepotkan. Masa pijatnya sambil pakai lengkap dan jilbab sih hehehehe. Akhirnya kami mampir kesalah satu tempat SPA yang bernama Pai SPA. Namanya tempat SPA tapi harga yang ditawarkan lebih murah sama dengan harga pijat di Bersih Sehat dengan harga Bath 300/ jam. Kami pun bisa memilih untuk dipijat dalam satu ruangan khusus yang sama. Jadi saya lebih santai dan tidak perlu repot dengan pakaian.

https://massagecaptain.com/en/bangkok/spa-massage-salons/pai-spa-the-authentic-thai-heritage-spa

Proses pijatnya masih lengkap memakai baju, tidak ada minyal yang digunakan untuk mengoles ini itu. Selanjutnya saya tidak bisa menceritakan apa yang terjadi karena kami berdua sudah ketiduran. Bangun-bangun, kami memasuki phase bergulat dengan therapistnya. Badan diplintir ini itu (tapi tidak sakit), gerakannya seperti perenggangan. Dan setelah itu Voilaaaa, badan itu rasanya tidak seperti habis dipijat. Tidak ada sakti karena efek tekanan yang telalu kuat habis pijat, dan badan pun rasanya ringan. Jadi lupa tadi rasa pengelnya sebelum pijat itu seperti apa. Therapist disini pun mulai belajar berbahasa Inggris sehingga kita berdua bisa berkomunikasi dengan cukup baik.

Pegal-pegal hilang, kami pun siap untuk melannjutkan trip esok hari menuju Singapura. "Abang Chris, dedek datang mau ketemua abang",#coldplay *wink.
http://makansambiljalan.blogspot.co.id/2017/04/coldplay-live-in-singapore.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver