Jumat, 10 Juni 2011

Anak Pantai ke Gunung Gede



Sesuai dengan judulnya, dari berbagai cerita perjalanan saya dari pantai ke pantai dan pulau ke pulau, akhirnya untuk pertama kalinya saya menghabiskan weekend dengan jarak kurang lebih 2650 meter dari atas pantai . Gunung pertama yang saya akan taklukan adalah Gunung Gede. Gunung gede telah lama menjadi favorit orang-orang yang gemar mendaki. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari kota Jakarta yaitu kawasan puncak, kabupaten Bogor, cukup memudahkan untuk dicapai. Perjalanan saya kali ini dimulai dari Jumat malam di daerah UKI. Karena kali ini pendakian akan diikuti sekitar 14 orang, maka tentu saja harus bertemu di meeting point yang paling strategis menurut pilihan pemirsa *wink. Dengan perjuangan membawa ransel setinggi setengah badan (agak lebay), bergegaslah saya ke daerah UKI sepulang dari kantor. Seperti selalu saya bilang sebelumnya, perjalanan malam menuju tempat liburan itu selalu menjadi pilihan terbaik karena bisa tidurrrrrrrrrrrrrrr di jalan. Tidak lama setelah semuanya berkumpul di meeting point, maka berangkatlah kami ke basecamp pertama yaitu Cibodas dengan menggunakan mini bus sewaan seharga rph.xxx.
  
Cibodas merupakan tempat peristirahatan para pendaki yang biasanya datang pada malam hari namun baru akan melakukan pendakian pada saat subuh sekitar jam 4. Di Cibodas tentu saja kita tidak perlu mendirikan tenda yang kita bawa karena setiap warung telah menyiapkan ruangan seperti aula untuk tempat  tidur. Jangan kaget kalau harus tidur satu atap dengan puluhan orang yang tidak dikenal. Baru di kaki gunung saja, berbagai perlengkapan anti dingin berupa jaket, syal, kupluk, kaos kaki dan kaos tangan telah saya gunakan tapi apa mau dikata tetap saja kedinginan. Jangan pernah tertipu dengan tebalnya perlengkapan yang kamu miliki. Bukan seberapa tebal tapi seberapa anti angin perlengkapan itu. Sebisa mungkin kenakan pakaian yang terbuat dari bahan polyester atau parasut, kedua bahan ini lebih hangat daripada bahan kaos.
Berlanjut keacara malam, setelah perut kenyang melahap semangkuk mie instant telur dan teh hangat pada pukul 12.00 malam, berarti saat yang tepat untuk tidur. Tidak perlu membawa bantal apalagi bawa boneka saat naik gunung. Pakai saja sleeping bag atau ransel sebagai bantal. Salah urat leher salah urat leher degh *wink. 
 *kukuruyukkkk petak petok petak petok. 


Apa mau dikata, niat bangun jam 4 subuh untuk pendakian tapi apa daya mata tak kuasa melek maka jadilah jam 6 pagi rombongan saya harus naik angkutan umum lagi ke kaki gunung puteri karena pendakian kami akan dimulai disana. Sebenarnya dari Cibodas juga terdapat awal pendakian menuju puncak Gunung Gede dengan jalan yang lebih landai dan pemandangan yang lebih indah. Tapi entah apa gerangan hingga rombongan kami harus menikmati pendakian yang sebenarnya huft. Peraturan (1), ini adalah satu-satunya kesempatan untuk sikat gigi hingga dua hari kedepan, maka sikatlah gigimu dengan telaten dan cucilah muka dengan seciamik-ciamiknya karena segala perlengkapan mandi akan ditahan diposko Gunung Gede sebelum melakukan pendakian.

Pendakian di Gunung Gede memang lain daripada yang lain. Peraturan (2), setiap orang maupun kelompok yang ingin mendaki tidak bisa melakukan pendakian seenak jidat, seenaknya datang dan langsung mendaki. Paling tidak sehari sebelum pendakian telah melapor ke posko Gunung Gede terlebih dahulu dan menyerahkan KTP. Jika salah seorang temen kita berhalangan, maka tidak bisa digantikan dengan orang lain. Peraturan (3), gunakan sepatu gunung atau sandal gunung untuk mendaki demi alasan keselamatan. Bagi yang tidak memenuhi standar maka bisa saja tidak diizinkan untuk melakukan pendakian. Karena kami semua anak yang patuh maka setelah melapor kami langsung berangkat menelusuri jalur pendakian Gunung Gede.
Sebelum melakukan pendakian, tim kita dibagi menjadi beberapa kelompok pendakian. Orang-orang yang secara fisik lemah ataupun jalannya lebih lambat akan dibiarkan jalan terlebih dahulu. Kelompok ini biasanya yang cewek-cewek. Beberapa kelompok berikutnya adalah orang-orang yang memiliki fisik lebih bagus sedangkan kelompok terakhir biasanya yang dituakan dan difungsikan mengurusi berbagai keperluan :p. Tentu saja ketuan ini bergerak lurus sejalan dengan pengalaman dan fisik mereka yang sudah sangat terbiasa dengan pendakian. Selain kelompok pendaki, kalau tidak mau susah ada kelompok tambahan yaitu kelompok para pembawa carier. Ada jasa joki untuk mengangkat bahan makanan dan tenda hingga ke puncak gunung Gede cukup membayar rph.250.000 per joki untuk sekali jalan atau rph.350.000 untuk membawakan barang saat naik maupun turun dari gunung.
Memanjat gunung tidak sesusah yang dipikirkan namun tidak pula semenyenangkan cerita orang. Berbagai perasaan muncul selama perjalanan yang alurnya bisa dibilang seperti ini. Perasaan capek minta mampus campur gengsi di 30 menit pendakian pertama. Perasaan semangat menggebu-gebu dan menyenangkan di 2 jam berikutnya. Selain karena sudah bertemu pos pertama, jalanan dari pos pertama ke pos ketiga pun dirasakan cukup landai. Perasaan mulai bingung dan kelaparan di 1 jam berikutnya. Hal ini disebabkan, sikap terlalu menganggap remeh. Sesuai dengan persetujuan awal bahwa beberapa kelompok pendakian akan berkumpul di pos 3 untuk makan siang. Sebenarnya ultimatum ini mengandung makna yang sangat penting terutama saat salah seorang anggota yang berkata tidak boleh makan sebelum pos 3. Namun apa mau dikata euphoria pendakian yang cukup landai ini menyebabkan kalimat berikut keluar “yaudah yuk jalan saja, udah tinggal 2 pos ini”. Sayang disayang perasaan heran, berpikir, takjub, ngos-ngosan dan yang paling penting adalah Kelaparan telah bercampur jadi gado-gado di 2 jam berikutnya. Perasaan ini tentu saja terjadi saat melihat pendakian yang terus menerus didepan mata tanpa jalur landai sedikit pun. Kemudian perasaan menyerah akan segera merasuki di 30 menit terakhir dengan kalimat “kapan sampainya” yang menyertai. Namun setelah 6 jam berlalu, semuanya benar-benar amazing. Perasaan terbebas dari beban (beban mental + beban ransel) benar-benar terobati dengan pemandangan padang yang sangat luas. Rasanya gimana yah? Selama 6 jam berjalan tidak tentu ujungnya didalam hutan yang cahayanya pun remang-remang tiba-tiba keluar mendapati pemandangan yang begitu luas, langit, cahaya matahari, dan angin *wink wink wink.
 
 
  
Bedanya naik gunung dan liburan dipantai adalah kita tidak perlu bergegas menyimpan barang kemudian segera menuju pantai untuk bermain air. Digunung semua yang akan kita nikmati ada disepanjang perjalanan selama kita berkumpul dengan teman-teman pendaki lainnya. Itu versi bagusnya, versi biasanya yah kita ke gunung bener-bener pindah makan dan pindah tidur *wink. Pada malam hari biasanya akan diisi dengan acara makan indomie bareng, minuman hangat, kartu, gitar dan ngobrol panjang lebar hingga semua lelah dan masuk ke tenda masing-masing. Kalau malam ini semua menyerah dengan hujan yang tidak kunjung henti serasa menyuruh kita tidur dengan cepat *ngeless. Setelah menahan dingin yang mulai menusuk di pagi-pagi buta, akhirnya pagi pun tiba dan untung saja matahari bersinar dengan teriknya diantara kabut yang masih menutupi kawasan pengunungan. Biasanya sejam sebelum matahari terbit, para pendaki akan mulai mendaki menuju puncak Gede untuk melihat sunrise. Namun kali ini saya lebih baik melihat matahari saat sudah tinggi saja dari padang perkemahan ini daripada harus memaksakan kaki urat yang mulai ketarik dan lebih menderita lagi saat penurunan gunung nantinya.
Nah saat matahari sudah tinggi inilah waktunya keluar dari perkemahan dan mengambil foto sebanyak mungkin sambil menunggu makan siang disajikan. Kalau untuk hal ini saya lebih menyerah lagi. Saya bagian ngumpulin sampah saja dari pada harus memasak. Serahkanlah semua pada ahlinya saja. Hal yang paling beruntung untuk pendakian kali ini adalah salah satu pendakinya adalah koki. Menu makan siang kami kali ini: Nasi putih, Sop Iga, Rica-rica Ikan Jambal, Telur sosis dan Bubur kacang hijau hahaahaa nikmatnya lebih enak dari makanan dikosan *wink. Tidak hanya itu saja, perjalanan sebelum menuruni Gunung Gede kami pun masih sempat-sempatnya makan kue pancake. Bring pancious to the top of Gede.
Setelah pukul 12 siang menghampiri, sudah saatnya membenahi barang masing-masing dan tenda serta jangan lupa membungkus semua sampah di daerah perkemahan kita untuk dibawa turun. Peraturan (4) kumpulkan sampah-sampah non-organic kedalam kantong sampah dan bakar sampah-sampah organic seperti sisa makanan. Sampah-sampah ini harus diserahkan saat kita tiba kembali di posko Gunung Gede, jika tidak siapkan kaki kamu untuk kembali naik kembali untuk mengambil sampah kamu. Demikianlah pendakian ini mengisi weekend saya dengan sangat menakjubkan. Penurunan Gunung Gede tidak lebih lama dari pendakiannya karena hanya menghabiskan waktu sekitar 3 jam namun medannya benar-benar berat karena setepak-setapak terjal dibawah saya mengharuskan saya harus menahan badan sementar kaki saya berlari-lari kecil selama penurunan. Gunung memang menyimpan rahasianya sendiri. Tidak ada yang mudah untuk dilalui baik itu mendaki maupun menuruninya.Dan satu hal yang saya buktikan dari kata-kata orang bahwa liburan ke gunung itu lebih berkesan dari liburan kepantai.. Benar-benar berkesan ternyata, berkesan dihati dan berkesan dibetis seminggu *wink

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver