Rabu, 23 Februari 2011

Barito Bergoyang

 
Doraemon as The host
Laporan pagi langsung dari TKP (tempat kejadian perkara) dimulai dari bangun jam 04.00 WITA. Sepagi ini terbangun apa lagi kalau bukan karena teman saya yang menelpon untuk bersiap-siap ke suatu tempat yang sering saya liat saat iklan RCTI (tv swasta). Mungkin kamu juga sering melihat komersial break RCTI yang menampilkan tanyangan Pasar Terapung. Nah kesitulah saya akan menuju pagi-pagi buta seperti ini.  Perjalanan yang akan saya tempuh kali ini cukup unik karena mengkombinasikan jalan darat dan jalan air. Berangkat dari rumah menuju dermaga, saya mengendarai kendaraan roda dua (motor) yang menghabiskan waktu sekitar 15 menit karena rumah saya berada dibatas kota Banjarmasin. Kapal yang akan saya tumpangi ngetam di dermaga depan kantor Walikota Banjarmasin maka tentu saja saya harus memarkir motor ini didekat dermaga tersebut. *Untuk lebih amannya, parkirlah kendaraan didalam tempat parkir hotel dan beritahu receptionistnya bahwa kamu menitipkan motor kamu disana. Tidak perlu khawatir karena itu diperbolehkan kok disini.  Sebenarnya ada banyak dermaga yang bisa menjadi tempat start maupun finish perjalan kamu menggunakan klotok ini nanti sesuai kesepakatan saja dimana tempat bertemu dengan bapak nahkodanya yang lebih enak itu bagi kamu yang menyewa klotok tersebut.
Sebenarnya menyewa klotok bagi wisatawan seperti saya itu adalah pilihan mutlak karena tidak ada trayek kapal yang akan membawa orang-orang dari kota ke Lok Baintan. Menyewa kapal ini bisa menghabiskan biaya 150.000-250.000 rph untuk kurang lebih 10 orang sepanjang trip.  Cara lebih murah lainnya adalah berkendara darat hingga ke Daerah sekitar sungai Barito kemudia menyebrang menggunakan transportasi umum kelotok menuju Lok Baintan.
Sunrise di Sungai Barito
 Sepanjang perjalanan air menyusuri Sungai Martapura ini saya benar-benar disuguhi cara hidup khas Banjarmasin. Masyarakat sungai dengan pola hidup yang benar-benar menyatu dengan sungai mereka. Semua itu bisa di lihat dari bentuk rumah khas Banjarmasin. Berbeda dengan rumah khas Kalteng yang bentuknya rumah panggung dengan tinggi panggung sekitar 50cm dari tanah (rumah kalteng dibangun diatas rawa), rumah panggung orang Banjarmasin benar-benar 90-100% bagian rumahnya dibangun diatas sungai. Bahkan ada beberapa rumah yang memiliki pintu utama dua, satuny bisa dimasukin lewat darat dan satunya bisa dilewati bagi mereka yang datang dari sungai.
Pasar diatas Jembatan di anak sungai Martapura
Tidak hanya itu saja, pasar yang dibangun diatas sungai pun memiliki dua pintu masuk pasar yang mengarah ke daratan dan ke sungai. Tidak hanya bentukan rumah saja, hampir sebagian besar orang-orang yang tinggal dipinggir bantaran sungai ini melakukan aktifitas pagi mereka seperti mencuci, mandi, merajut jala dan lain-lain dipinggir sungai. Jangan salah sangka, cewek yang mandi dipinggir sungai ini rata-rata kulitnya putih dan mulus (mau foto tapi ntar dituntut pasal pornografi lagi saya, mending datang dan buktikan sendiri aja ;P)
Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit akhirnya sampai juga saya di Sungai Barito. Kalau disungai martapura saya bisa melihat pemandangan kehidupan normal masyarakat Banjarmasin bantaran sungai, maka di sungai Barito rasanya benar-benar seperti sedang berada di lautan. Sungainya benar-benar lebar sehingga pemandangan berganti dengan kapal-kapal tongkang dan kapal barang. Kalau sungai Martapura dikenal sebagai sungai terpanjang di Banjarmasin maka sungai Barito adalah sungai terlebar di Banjarmasin. 
Kapal barang di Sungai Barito
Tidak jauh setelah keluar dari mulut sungai Martapura ke Barito, saya telah sampai di daerah pinggir sungai yang dinamakan Lok Baintan. Ada dua pemandangan yang bisa kita saksikan disini. Pemandangan pertama adalah tempat pemotongan kayu dipinggir sungai beserta kayu-kayu kelontongan yang diikat dan dibiarkan mengapung-mengapung dipinggir sungai. Nampaknya ini masih menunjukkan betapa bisnis kayu pernah sangat berkuasa di Kalimantan ini dengan melihat banyaknya pabrik pemotongan kayu disepanjang pinggir sungai.
Pabrik Pemotongan Kayu Bantaran Sungai Barito
Suasana Pasar Terapung udh kyak RCTI ok blum *wink
Pemandangan kedua sekaligus pemandangan utama yang saya nikmati disini tentu saja pemandangan pasar terapung. Kita bisa melihat banyak pedangang yang membawa barang dagangan mereka di dalam perahu bukan di dalam kios seperti yang biasanya saya lihat di pasar tradisional. Para pedaganan akan mendatangi klotok yang saya tumpangi untuk menawarkan dagangan mereka, kebanyakan sih menawarkan sayur-sayuran dan buah-buahan. Saya kurang tertarik membeli buah dipasar apalagi buah jeruk untuk dijadikan sarapan. Setelah melihat-lihat kayaknya saya harus mencoba untuk merasakan gimana rasanya nongkrong diatas klotok sambil minum-minum teh dan makan kue. Tertujulah mata saya kepada satu perahu yang mengapung-ngapung dengan berbagai jenis kue tradisional dan botol-botol minuman. Saat klotok saya merapat ke perahu bapak tersebut, ternyata kita harus mengikatkan tali diperahu supaya perahu tetap berdekatan walaupun ada ombak.


Memancing Kue dari Kelotok sebelah
Jangan dipikir makan kue dan minum air hangat di tengah sungai yang dikelilingi kapal tongkang dan kapal barang itu gampang. Cara ambil kue dari kapal sebelah aja mesti ambil sendiri pake tongkat yang diaksi paku ujungnya agar kita bisa mencungkil salah satu kue itu. Karena belum terbiasa dan ombak lagi agak tinggi, saya benar-benar harus bersusah payah untuk mendapatkan satu potong kue saja. Serasa bermain games didunia hiburan untuk memenangkan boneka Teddy Bear. Tidak hanya mencoba merasakan café ditengah sungai, tidak afdol rasanya kalau tidak merasakan makan berat direstoran perahu. Perjalanan berikutnya, klotok mulai menjauhi café perahu dan menuju restoran perahu yang memiliki warna yang benar-benar mencolok. Dari namanya saja, restoran ini sudah eye catching “Goyang Terapung” goyang makannya, goyang lidahnya, goyang perutnya..tarikkkk mang :D. Di rumah makan ini, terdapat beberapa makanan yang berkuah seperti soto Banjar, yang tidak afdollah rasanya kalau tidak dirasakan langsung di Banjarmasin.
Rumah makan diatas sungai Barito
Makan bergoyang
 Dengan berakhirnya makan pagi yang berat ini maka berakhir pula trip Pasar Terapung Banjarmasin kita kali ini. Benar-benar pengalaman perjalanan pagi yang menyenangkan, I like borneo with it’s beautiful river. Meskipun airnya cokelat (karena tanah) sungai Barito ini lebih bersih daripada sungai Martapura yang dikelilingin rumah warga. Ini membuktikan bahwa terkadang musuh alam itu adalah manusia itu sendiri. Sebelum air sungai ini jadi hitam, lebih baik cokelat-cokelat gimanaaa gtu *wink.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver