Minggu, 30 Juli 2017

Pulau Bidadari dan Pulau Kelor

Sepulangnya dari raja empat, rumah heboh dengan pembicaraan “Gimana hotelnya sudah dibooking? Jadinya pakai travel yang mana? Kapalnya nanti bagaimana?”. Bingung dengan pembicaraan ini, akhirnya saya bertanya kepada suami “Mau kemana?”. Kata suami “kita mau ke Pulau Bidadari”. “Kapan?” tanya saya. Suami dengan enteng menjawab “akhir minggu ini”. Saya baru sampai Jakarta dihari Selasa dan hari Minggu ini, kami sekeluarga akan kembali mengunjungi pantai. Hidup saya setengah bulan ini benar-benar di lautan.

Gampang-gampang susah ternyata mencari paket liburan ke Pulau Bidadari. Untuk ke resort tersebut sebenarnya gampang namun untuk travel yang menawarkan liburan Pulau Bidadari dan hopping island 3 pulau (Onrust, Khayangan dan Kelor) itu yang kurang jelas informasinya. Menjelang hari H akhirnya kami berhasil mendapatkan paket Rp. 370.000/orang untuk wisata ke pulau Bidadari, sudah termasuk entrance dan makan siang. Untuk berkeliling 3 pulau tersebut kami cukup membayar Rp. 60.000/orang. Selain itu karena ini trip keluarga maka diwajibkan banget untuk mengambil satu kamar agar gampang jika kakek nenek dan bocah-bocah ini mau beristrirahat harganya di Rp. 860.000/kamar.

Hari H pun tiba, kapal kami dijadwalkan berangkat pada pukul 10.00 WIB. Untunglah semua bocah tidak perlu drama untuk bangun paginya. Kami berjalan santai saja keluar dari rumah pukul 08.30 dengan prediksi sampai di Ancol sekitar pukul 09.00 WIB. Namun ternyata untuk masuk ke dalam Ancol sendiri ternyata membutuhkan waktu 1 jam antrian kendaraan. Kami pun sudah panic, takut ketinggalan kapal. Belum lagi sampainya, belum lagi cari parkirannya. Namun herannya petugas travel menjelaskan bahwa mereka pasti akan menunggu kami. Untungnya menjelang jam berangkat, kami pun sudah tiba di dermaga 15, dermaga ini khusus untuk keberangkatan ke Pulau Bidadari. Benar saja, kapal pasti akan mengunggu kami, karena hanya kami ber-7 penumpang kapal tersebut. Ada dua orang lagi yang seharusnya kami tunggu tapi nampaknya mereka menyerah karena masih terlalu jauh dan macet yang tak berhujung ini.

Pulau Bidadari


Setelah perjalanan 20 menit akhirnya kami sampai juga di pulau Bidadari. Ternyata Jakarta masih terlihat dari pulau ini. Satu pulau ini dimiliki private oleh resort Bidadari. Konsepnya villa, jadi seluruh kamar berkelompok-kelompok sesuai kelasnya. Tidak hanya kamar yang bentukannya cottage, ada juga beberapa rumah panggung yang mungkin biasa disewa untuk keluarga yang mau menginap. Tinggal pilih mau yang di daratan atau yang menjorok ke pantai.




Pantai berpasir putih halus namun tidak dengan airnya. Banyak pecahan karang yang bentukannya masih besar-besar sehingga agak kurang nyaman buat anak-anak untuk bermain air dipantai. Ombaknya pun termasuk kuat dan tinggi. Jadi kali ini bocah-bocah harus digendong bergantian oleh suami saya ketengah air agar bisa main air. Nampaknya mereka lebih senang untuk bermain dikolam renang saja. Betul saja, adek Luna yang masih berumur 1 tahun senangnya bukan main ketika kami memutuskan untuk pindah ke kolam renang. Mereka bergantian bermain seluncuran yang langsung menuju kolam renang. Kolam renang ini tingginya hanya sekitar 50 cm jadi aman untuk anak-anak.






Selain wisata pantai, kami pun bisa mengunjungi benteng yang terdapat ditengah-tengah pulau ini. Ada benteng bekar peninggalan Belanda disini. Uniknya benteng ini, hingga saat ini belum ditemuka pintu masuk asli ke dalam benteng. Sehingga untuk masuk ke dalam, pihak resort membuat tangga yang menuju ke atas benteng. Benteng ini juga sering dijadikan sebagai object photo prewedding dengan harga sewa sebesar Rp. 1.200.000/ day. Jika ada yang mau photo prewedding disini saya sarankan langsung ke kantor Pulau Bidadari di Ancol, booking lewat travel bisa mencapai harga Rp. 1.700.000/day.




Pulau Kelor



Setelah makan siang, pukul 14.00 WIB kami pun naik ke kapal untuk berkeliling pulau lainnya. Sebagai informasi, ada 4 pulau yang dijadikan pulau wisata sejarah oleh PemProv DKI. Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kelor dan Pulau Khayangan. Keempat pulau ini masing-masing memiliki benteng yang dulunya digunakan oleh Belanda untuk berperang melawan Inggris dan Portugis. Miniatur Pulau Kelor jaman dahulu seperti kota yang lengkap dengan pusat pemerintahan, perdangangan dan kesehatannya. Belanda akan bongkat muat barang dagangan di pulau ini sebelum membawanya ke Batavia.



Pada zamannya, pulau kelor dan pulau khayangan ini juga sempat digunakan sebagai tempat karantina haji. Masih tersisa reruntuhan asrama haji di Pulau Kelor dan jembatan yang menghubungkan antara pulau Kelor dan pulau Khayangan. Jika Pulau Kelor adalah asrama haji maka pulau Khayangan adalah pusat medis. Oleh karena itu, dibangunlah jembatan yang menghubungkan kedua pulau ini.

Namun sayangnya perang dan gempa vulkanik Merapi juga menambil peran dalam runtuhnya bangunan sejarah di kepulauan ini. Banyak bangunan yang hanya tersisa puing, selain itu terdapat juga kompleks makan orang-orang Belanda yang meninggal dan dikuburkan di pulau ini. Gedung yang masih berdiri adalah gedung yang sekarang digunakan sebagai museum sejarah.
Pepohonnan di pulau ini sungguh rindang dan teduh, cocok sekali dengan cuaca yang sungguh menyengat hari ini. Jika saja rerumputan disekitar pulau ini dirawat dengan baik, pasti saya dengan senang hati gelar terpal dan piknik ria disini. Tapia da bagusnya juga tidak perlu sebaik itu, karena rumputnya bagus bisa jadi berbanding lurus dengan sampah dari sisa piknik orang-orang. Namun pulau ini termasuk rapi dan bersih, mungkin karena retribusi wisatawan sebesar Rp. 5000/ orang sehingga pemerintah punya pemasukan untuk membayar anggota kebersihan yang lebih untuk
mengurusnya.



Setelah berkeliling pulau ini kami pun kembali menuju Pulau Bidadari, saya sempat bersiap-siap untuk turun di pulau Onrust namun kata guide yang membawa kita “kita hanya turun dipulau Kelor karena dermaga dipulau tersebut yang cocok dengan kapal kita belum termasuk ombak yang cukup tinggi saat itu”. Namun setelah saya berkeliling, semua dermaga pulau ini sama saja lebih tinggi dari kapal dan kami harus manjat untuk naik. Padalah pulau Onrust adalah pulau Utama yang ingin kami kunjungi sebenarnya. Jadi Rp. 60.000/orang untuk keliling 3 pulau itu hoax saja rasanya. Iya 3 pulau yang hanya dapat dipandangi saja hahahhhahaha.

Untuk kamu yang tertarik mengunjungi ke empat pulau ini, mungkin bisa naik dari muara Angke atau Muara Karang saja. Cukup bayar Rp. 35.000/orang untuk sampai di pulau Kelor dan Rp. 75.000/ orang untuk berkeliling pulau. Cuma ini bentuknya benar-benar seperti naik angkot, diatas kapal kita akan duduk bersamping-sampingan hingga atas hingga bawah tidak ada space kosong yang terlewatkan *wink.
Pulau Onrust


Pulau Khayangan

Mertua senang, anak senang, papi dan mami riang. Sampai jumpa ditrip berikutnya *wink









Photo by: Cita Nursyadzaly
Tenri Ake

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver