Sabtu, 22 Juli 2017

Raja Ampat Day 1 - Pasir Timbul, Friwen dan Batu Pensil

Terima kasih kepada pekerjaan saya yang terkadang menyenangkan membawa ku ketempat yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Terpikirkan jauhnya atau kepikiran banyak biaya yang harus disiapkan. Kali ini tugas kantor membawa kaki melangkah ke Papua kota Sorong. Tidak perlulah menceritakan perjuangan untuk kerja di salah satu site sagu di provinsi Papua ini, yang pasti setelah 7 hari didalam hutan tanpa sinyal, akhirnya saya dan 9 orang teman saya lainnya mengambil cuti untuk berlibur terlebih dahulu ke Raja Ampat sebelum pulang ke Jakarta.

Paket travel yang kami pilih adalah Kurkapa Travel, paket travelnya @4.500.000 (min. 10 orang). Paket travel ini sudah termasuk antar jemput dari hotel/ bandara jadi tidak perlu bingung, karena banyak travel yang menawarkan paket untuk meeting point di kepulauan Raja Ampatnya (Pelabuhan Wasai). Kami tinggal bangun pagi, jam 6 pagi ini kami sudah dijemput dan menuju pelabuhan penyebrangan. Disana sudah menunggu speeadboat kapasitas penumpang 20 orang (inc. crew) yang akan membawa kami hopping island selama 3 hari kedepan. Ini juga salah satu nilai plus dari travel ini karena paket harinya yang hanya 3 hari (tidak buang-buang cuti) dan transportasi kita langsung dari sorong dengan speedboat sehingga menghemat waktu perjalanan. Ini sangat efektif dibandingkan dengan paket tour 4 hari namun setengah hari pertama dihabiskan dengan naik ferry terlebih dahulu ke Wasai baru kemudian melanjutkan lagi dengan aktifitas lainnya.

Pasir Timbul


Tujuan pertama kami adalah pasir timbul, untuk objek wisata ini tidak pasti waktunya, tergantung pasang surut air laut di daerah tersebut. Beruntunglah pada saat kami melawati lokasi tersebu, ternyata airnya lagi surut. Segera turun untuk mengumpulkan foto yang bisa dipajang di medsos :p.
Crew dari kurkapa niat banget sih, mereka ternyata sudah menyiapkan sofa angin yang bisa digunakan untuk foto session. Seketika tempat ini jadi menarik untuk dijadikan photo spot. Wisatawan pada umumnya hanya akan turun dan berfoto karena tidak ada wahana bawah laut seperti karang atau ikan yang ditawarkan ditempat ini.







Friwen Wall

Sayangnya kami pergi disaat musim pergantian angin selatan, sehingga daerah Papua dan sekitarnya jadi memiliki intensitas curah hujan dan angin yang cukup tinggi. Kalau sesuai dengan agenda seharusnya diawali dengan kering-kering dulu seperti traking puncak bukit, namun apa daya air hujan mulai turun sehingga kita memutuskan untuk melanjutkan trip ke Friwen Wall untuk snorkling.

Perairan Raja Ampat ini banyak memiliki bukit-bukit kars, dimana pada bagian bawah bukit dikelilingi oleh karang-karang yang cantik. Salah satunya yang menjadi spot snorkling adalah Friwen Wall. Dari atas kapal saja kita bisa melihat banyak bentuk karang dan ikan-ikan yang berlalu-lalang. Jangan heran, karena air dikepulauan tersebut masih sangat jernih dan semoga akan selalu seperti itu.

Selain menjadi tempat snorkling, crew dari Kurkapa benar-benar antusias untuk melatih kita agar bisa free diving. Menurut mereka setiap spot snorkling makin lama akan makin dalam dari permukaan laut namun makin cantik, sehingga untuk dapat foto dengan karang dan ikan ada baiknya kita sudah bisa free diving. Kalau perlu gw simpulkan, ini lebih seperti free diving trainig dari pada snorkling pada umumnnya. Belum lagi cara menggunakan google dan pin dengan baik dan benar dan bla bla bla, benar-benar informatif wisata kali ini.
Entah Percobaan ke 199 Kali

Pulau Friwen



Tanpa terasa waktunya makan siang (padahal terasa banget, kepala sudah pusing karena dehidrasi). Perjalanan dilanjutkan tepat kesebarang pulau saja. Kali ini pulaunya berpasir putih dan pada umumnya memang digunakan untuk tempat peristirahatan untuk makan siang oleh para traveler.
Segera telah turun, saya dan teman-teman saya langsung menyantap makan siang yang telah disediakan untuk kami. Semua makanan rasanya selalu enak, padahal menunya sama seperti menu makanan rumah (ikan, telur, gorengan). Mungkin karena memang cara masaknya penuh rasa atau karena liburan ini sebenarnya olah raga air sih *wink.

Setelah makan ada beberapa orang yang kembali ke bibir pantai untuk snorkling kembali, ada yang berleha-leha sambil nyanyi dan minum air kelapa dan ada pula sekelompok yang belajar main ayunan satu tali dengan anak-anak lokal. Belajar itu tidak mengenal umur bukan? Ngak salah donk yah kalau muridnya tante-tante, gurunya bocah 4 tahun hahahaha.





Batu Pinsil & Batu Wajah



Biasanya disebut Pencil Stone and Stone Face, yah itu masalah bahasa aja sih. Perjalanan kami dilanjutkan kembali ke photo spot berikutnya. Menurut saya, orang yang menciptakan trip ini pertama kali kreatif banget sih. Lokasi batu pinsil dan batu wajah ini berseberangan saja. Kalau mau foto dengan batu wajah (tatap wajah, kiss, digodaain, dicolekin sorry muka doank ngak ada tangannya) nah itu kita harus berdiri di spot batu pinsil dan begitu pula sebaliknya.


Batu Pinsil Tumpul (Fokus ke Model doank )
Batu Wajah
Ngerjain Tugas Instagram Posting 
Setelah puas ber foto-foto, maka sekarang waktunya kami untuk pulang. Waktu tempuh kami untuk ke homestay berkisar 2 jam. Kami menginap di Prajas Home Stay yang berlokasi di Wayag. Ini salah satu alasan mengapa trip kami bisa lebih menghemat waktu.

Sampai bertemu dihari kedua *wink
http://makansambiljalan.blogspot.co.id/2017/08/raja-ampat-day-2.html



Photo By: Putu Wijaya (Team)
Tenri Ake
Albert Utama
Ema Sihombing

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver