Jumat, 22 September 2017

Korea Trip Day 3: Mengunjungi Gyeongbokgung Palace dan Bukchon Hanok Village

Hari ini, kami memulai perjalanan tidak terlalu pagi. Setelah pukul 9 akhirnya kami pun sukses keluar dari apartement. Tema perjalanan hari ini adalah traditional korea. Rencanya akan mengunjungi Gyeongbokgung dan Bukchon.

Gyeongbokgung Palace


Kami menaiki subway menuju Gyeongbokgung station dan keluar di exit 5. Untuk keluar dari station ini nampaknya agak jauh. Yang menariknya, kesan istana dengan detail tembok, lantai dan pajangan yang mewakili istana sudah terasa sejak dari station. Dari station ini kita sudah bisa langsung menuju istana, sayangnya station ini termasuk yang kurang ramah stroller sehingga persiapkan diri untuk mengangkat stroller melalui tangga yang cukup tinggi.
Setelah sampai, rombongan mulai membicarakan mengenai penyewaan baju khas korea. Ini rasanya agak gondok karena ide mengenai sewa menyewa pakaian korea ini sudah saya pernah sounding jauh-jauh hari bahkan sudah mencari toko mana saja yang menawarkan diskon sewa dari www.klook.com. Namun karena tidak ada yang pernah menanggapi ide saya ini, akhirnya saya pun mengurungkan niat untuk berkeliling istana dengan baju nasional korea. Nah giliran sudah sampai di istana sesiang ini kami baru akan mencari penyewaan baju plus dengan term and condition antara budget dan jarak penyewaan.
Matahari yang terik, kami pun pasrah menyusuri jalan saja mencari toko penyewaan baju hanok ini. Sebenarnya kalau mau yang mana saja tidak sulit karena disekitar istana bertebaran penyewaan baju. Namun harga tentu saja lebih mahal. Dari toko yang kami temukan, mereka menyewakan hanok seharga KRW 15.000 buat wanita, KRW 20.000 buat pria dan KRW 15.000 buat anak-anak. Harga sewa tersebut adalah untuk penyewaan selama 2 jam. Jika menggunakan online dari klook.com harga tersebut sudah termasuk penyewaan untuk 4 jam. Jauh beda bukan? Untuk kalian yang ingin menggunakan hanok seharian, maka kalian pun dapat menyewanya hingga pukul 19.00 dengan harga 2 kali dari minimum hour rentalnya.

Kelar urusan sewa baju, kami akhirnya dapat menikmati perjalanan mengelilingi istana. Anak saya agak rewel dengan bahan baju hanok yang digunakannya, jadilah dia sedikit rewel dan maunya digendong terus. Tidak mengherankan jika sebagian besar foto kami bertemakan "sayang anak". Karena kalau bukan saya yang foto sambil menggendong, tentu saja suami saya yang akan mengambil peran tersebut. Tapi terkadang kalau kepalang tanggung, kami sedikit tega membiarkannya merengek sebentar distroller untuk mendapatkan foto profile picture hahahahha *wink.


Oh iya untuk dapat masuk kedalam kawasan dalam istana pengunjung diwajibkan membayar sebesar KRW 3.000 untuk dewasa dan KRW 1.500 untuk anak-anak dan tentu saja gratis bagi kalian yang masuk kedalam kawasan istana menggunakan hanok. Treatment pariwisata yang menarik bukan?.
Selain berkeliling istana, setiap jamnya ada atraksi pergantian pasukan penjaga istana. Meskipun pertunjukan ini dilaksanakan setiap jam, namun tetap saja ramai wisatawan berkumpul untuk menyaksikannya.



Bukchon Hanok Village

Kelar acara makannya, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Bukchon Hanok Village. Yang kalian perlu datangi pertama adalah Bukchon Cultural Center. Dari sini kalian akan mendapatkan peta Bukcon distric lengkap dengan arahan dari mana kalian akan memulai perjalanan. Sebelum mengunjungi daerah ini, kami awalnya berpikir bahwa rumah-rumah dengan gaya traditional korea ini berkumpul disuatu tempat atau satu kawasan di Bukchon. Ternyata kawasan Bukchon ini memang banyak memiliki rumah dengan gaya traditional korea tapi tidak semua rumah masih memiliki bentuk aslinya. Rumah dengan bentuk asli dan menarik banyak tersebar sepanjang kawasan Bukchon. Inilah fungsi peta yang kita miliki sekarang untuk memudahkan petunjuk daerah mana saja yang harus kita lewati.

Agak lucu juga karena daerah wisata ini sebenarnya adalah rumah traditional yang hingga kini masih dihuni. Sehingga meskipun kita sedang berwisata, banyak pengumuman atau tanda peringatan untuk tidak membesarkan suara agar para penguhungi tidak merasa terganggu. Selain itu, wisata ini setengah berwisata, setengahnya lagi berolah raga. Meskipun hanya berjalana kaki, namun jauhnya track wisata dengan banyaknya pendakian membuat tidak hanya nenek-nenek yang lelah untuk mendaki melainkan saya pun lelah mendorong stroller anak saya *wink.

 

Diakhir trip paling jago karena kami harus menuruni tangga yang lumayan terjal dan jauh. Otot lengan digunakan dengan sangat sempurnya. Ada yang memilih untuk menggunakan gendongan saja dan melipat stroller, ada pula yang memilih untuk mengangkat stroller beserta babynya. Kerja keras yess?! Bagi yang berjalan tanpa anak tentu saja ini menjadi icon rumah-rumah korea yang dibangun diperbukitan dengan tangga yang menjadi jalanan, mirip seperti bentuk perumahan di daerah Bandung sih ini.


Lelah-lelah kami pun harus kembali berjalan 800 meter menuju ke Anguk Station. Mata kenyang, kaki lelah kami pun tiba di apartemen kembali sampai jumpa besok.
http://makansambiljalan.blogspot.co.id/2017/09/korea-trip-day-4-belanja-make-up-di.html


0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver